REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyatakan, Indonesia menginginkan negara-negara mitra dagang khususnya Amerika Serikat melakukan perdagangan yang bebas dan adil. Hal itu terkait dengan langkah Presiden Donald Trump menerapkan tarif impor tinggi untuk produk baja dan alumunium.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, langkah Trump tersebut memang tidak langsung berdampak besar kepada Indonesia karena ekspor baja dan alumunium Indonesia ke Negeri Paman Sam tersebut terbilang kecil.
Baca juga, Menko Darmin Antisipasi Banjir Baja Cina ke Indonesia.
"Namun, kepada siapa pun, kami meminta khususnya Amerika Serikat dan Eropa, mari kita lakukan perdagangan yang bebas dan adil. Pada dasarnya, jika memulai perang dagang, maka akan mengganggu dan merugikan," kata Enggartiasto melalui sambungan telepon, Jumat (9/3).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, tercatat ekspor besi baja ke Amerika Serikat pada 2016 sebesar 43,7 juta dolar AS, atau di bawah dua persen dari total kebutuhan negara tersebut. Sementara ekspor alumunium Indonesia hanya sebesar 116 ribu dolar AS.
"Kita tidak mengharapkan terjadinya perang dagang, tapi dalam kasus ini dampaknya tidak terlalu besar," tambah Enggartiasto.
Presiden Donald Trump menyatakan, untuk menerapkan tarif 25 persen terhadap produk impor baja dan sepuluh persen bagi produk aluminium. Keputusan itu dilakukan dengan dalih untuk melindungi produk dalam negeri Amerika Serikat, namun memicu perang dagang dengan negara-negara asing.
Bahkan, keputusan Trump tersebut juga ditanggapi buruk oleh penasihat ekonomi utama Trump sejak awal pemerintahan. Gary Cohn, mengundurkan diri dari jabatannya yang diumumkan setelah Trump memutuskan akan mengenakan tarif impor baja dan alumunium tersebut.
Tercatat, total perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat mencapai 25,91 miliar dolar AS pada 2017, atau naik sebesar 10,53 persen dibandingkan 2016 yang hanya sebesar 23,44 miliar dolar AS. Surplus untuk Indonesia sebesar 9,66 miliar dolar AS pada 2017, dan merupakan kenaikan pertama setelah terus menerus turun sejak 2014. Ekspor non migas Indonesia ke Negeri Paman Sam tersebut naik sebesar 9,29 persen atau sebesar 17,14 miliar dolar AS dengan komoditas utama produk Crustacea (0,91 persen), Karet alam (0,74 persen), Ban pneumatik baru (0,74 persen), Alas kaki dari kulit (0,57 persen),dan pakaian perempuan atau anak perempuan (0,53 persen). Sementara komoditas impor utama dari Amerika adalah kacang kedelai, steamed turbin, kapas, gandum dan meslin, dan pakan ternak.