Senin 19 Mar 2018 13:12 WIB

Hari Ini 15 Tahun Lalu, AS Serang Irak Buru Saddam Hussein

Agresi militer AS ke Irak dipicu peristiwa 11 September.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Saddam Hussein
Saddam Hussein

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush memulai invasi di Irak pada 2003 lalu. Operasi militer ke negara tersebut dilakukan untuk menyingkirkan Presiden Irak Saddam Hussein dan dugaan kepemilikian senjata pemusnah massal.

Serangan militer juga dilakukan sebagai respons keterlibatan sebuah kelompok ekstremis dalam pembajakan pesawat komersial. Pesawat tersebut kemudian diarahkan untuk menabrak gedung World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 lalu.

Peristiwa tersebut merenggut hampir 3.000 nyawa. Tak hanya menerbangkan pesawat ke WTC, pembajak juga menabrakkan burung besi tersebut ke markas besar militer AS, Pentagon.

Badan intelejen AS yang kemudian melakukan investigasi peristiwa tersebut mengemukakan adanya keterlibatan Irak dengan jaringan teroris Al Qaida. Kelompok teroris itu lantas dinyatakan bersalah atas insiden pembajakan pesawat komersial tersebut.

Satu tahun setelahnya, Bush mengatakan Irak merupakan negara kotor yang membiayai dan melatih teroris. Bush juga menuding pemeritahan Saddam Hussein telah membeli uranium dalam jumlah besar untuk memproduksi dan mengembangkan senjata pemusnah massal yang dicurigai.

Sekitar 2002 dan awal 2003, lembaga inspeksi senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencoba memastikan apakah Hussein telah melanggar resolusi terkait pembuatan senjata biologis dan kimia. Hussein lantas sepakat untuk mematuhi pemeriksaan tersebut.

Meski demikian, AS tetap meluncurkan agresi militer ke Irak meski mendapat sejumlah tentangan dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Saat itu, hanya Inggris yang setuju untuk bergabung dalam serangan tersebut.

Pada 15 Maret, Bush memberi Hussein dan anak-anaknya 48 jam untuk meninggalkan Irak atau menghadapi perang. Hussein menolak menuruti perintah tersebut.

Invasi militer yang dilakukan AS membuat PBB tidak sempat merampungkan pemeriksaan keberadaan senjata pemusnah massal di Irak. PBB bersama sejumlah warga negara di sana terpaksa dievakuasi. Setelah mengumpulkan sedikit dukungan dari sejumlah negara internasional seperti Belgia dan Spanyol, Bush kemudian memberi lampu hijau untuk meluncurkan Operasi Pembebasan Irak pada 19 Maret.

Serangan awal dilakukan 90 menit setelah AS meminta Hussein untuk meninggalkan Irak. Target pertama militer AS adalah kapal tempur Irak yang diparkir di teluk persia, Kapal tempur itu diserang menggunakan rudal jenis Tomahawk, sebuah roket yang mampu dipasangi beragam hulu ledak bahkan nuklir.

Bush beranggapan jika agresi militer yang dia lakukan merupakan bentuk perlawanan internasional terhadap segala bentuk terorisme. Hal itu dilakukan meski banyak pihak menilai kebijakan yang dilakukan AS saat itu hanya untuk mengincar kekayaan minyak bumi di Irak.

Invasi juga disebut sebagai aksi balas dendam atas percobaan pembunuhan yang diperintahkan Hussein pada 1990 terhadap mantan Presiden AS ke-41 George H.W Bush, ayah dari George W Bush. Akan tetapi, Bush junior mengelak semua tudingan yang ditujukan kepadanya.

Bush membantah tuduhan yang menyebutkan jika pemerintahannya memanipulasi intelijen untuk membenarkan tindakan perang di Irak. Dia berdalih agresi dilakukan untuk menyingkirkan Saddam Hussein serta membawa demokrasi ke Irak dan menjaga stabilitas di Timur Tengah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement