REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara ulama-ulama Islam asal Indonesia, nama Syekh Yusuf sudah amat lekat dengan komunitas Muslim di Afrika Selatan. Kiprahnya di dalam menyebarkan agama Islam dimulai dengan pertemuan-pertemuan secara sembunyi-sembunyi dengan para budak di Perkebunan Zandvliet, di daerah Stellenbosch, dekat mulut Erste Rivier, tempat seorang Pendeta Gereja Kristen Reformasi Belanda berusaha.
Di sana Syekh Yusuf ditempatkan, dengan maksud untuk menjauhkannya dari para budak pada umumnya. Penguasa mereka, para konglomerat pada masanya, tidak menginginkan budak-budaknya beribadah dengan baik.
Di tengah ruang gerak yang terbatas, Muslim bisa tumbuh subur selama empat tahun Syekh Yusuf menetap di Afrika Selatan. Awalnya, ia memantapkan pengajaran agama bagi pengikutnya. Kemudian, syiar Islam diserukannya kepada orang-orang buangan yang diasingkan ke Kaap. Mereka kemudian bersatu membentuk komunitas Muslim. Hingga kini, di Cape Town terdapat 600 ribu warga yang memeluk agama Islam.
Kehidupan Islam di Afrika Selatan tidak ikut surut meski sepeninggal Syekh Yusuf. Pengaruhnya hingga kini masih sangat besar. Mantan presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, menyebut Syekh Yusuf sebagai 'salah seorang putra Afrika terbaik'. Bahkan, Presiden Thabo Mbeki berencana menganugerahkan gelar pahlawan nasional bagi Syekh Yusuf. Pemerintah Indonesia telah menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional pada 1995.
Ulama besar itu dianggap oleh orang Afrika Selatan sebagai "Bapak agama Islam di Afrika Selatan". Makamnya dihormati dan senantiasa dijaga kebersihannya sehingga tak tampak selapis debu pun menempel pada nisannya yang dikurungi pagar besi, sekalipun daerah Macassar Faure sangat gersang berpasir-pasir.
Tidak itu saja. Guna mengenang Sang Guru, bangunan bekas tempat tinggalnya di Afrika Selatan dijadikan bangunan peringatan yang diberi nama 'Karamat Syaikh Yusuf'. Meski Syekh Yusuf tidak dimakamkan di sana, tapi hingga kini bangunan peringatan itu masih tetap dikunjungi warga setempat yang mengagumi dan menghormati Tuan Guru--ulama asal Makassar, penyebar Islam di Afrika Selatan itu.
Begitulah, keberadaan Syekh Yusuf bersama ulama Melayu lainnya, seperti Tuan Guru dan Raja Tambora, tak bisa dilepaskan dari penyebaran Islam di Afrika Selatan.