Sabtu 24 Mar 2018 06:19 WIB

NU-Muhammadiyah Eratkan Persaudaraan

Dua ormas Muslim terbesar di Indonesia ini resah dengan maraknya berita palsu.

Sekjen PBNU Helmy Faishal bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Muti (dari kiri) foto bersama usai melakukan silahturahim di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (23/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sekjen PBNU Helmy Faishal bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Muti (dari kiri) foto bersama usai melakukan silahturahim di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (23/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Organiasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menggelar pertemuan di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jumat (24/3) sore. Pertemuan itu digelar untuk mempererat persaudaraan.

"Sebenarnya sejak dulu NU dan Muhammadiyah sudah sering melakukan pertemuan seperti ini. Kali ini kami bertemu untuk mempererat silaturahmi untuk menghadapi tantangan masa kini," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.

Kedua tokoh sentral organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut juga menggelar dialog kebangsaan di antaranya berkomitmen untuk melawan berita palsu atau hoaks. Said Aqil mengatakan pada era teknologi informasi (IT) saat ini berita palsu atau  menjadi tantangan tersendiri. Melalui media sosial orang dengan gampang menyebarkan berita palsu dan fitnah, kemudian terjadilah adu domba.

Baca juga, NU-Muhammadiyah Keluarkan Lima Pernyataan Sikap

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir mengatakan pertemuan tersebut penuh kekeluargaan dan keduanya melakukan dialog yang bernas serta mencerahkan. Keduanya juga melakukan dialog tentang tantangan di tahun politik.

"Jadi pada tahun politik ini dan ke depan politik akan dinamis, kami percaya para elit dan warga bangsa Indonesia akan mengelola dinamika politik dengan baik karena kita punya pengalaman sejarah yang cukup matang," kata Haedar Nashir.

NU dan Muhammadiyah percaya Bangsa Indonesia akan tetap ada karena Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beriman dan bertaqwa. "Selama bangsa ini bertaqwa maka akan dijaga Allah," kata Haedar Nashir. Mereka berharap pemilihan umum kali ini tidak hanya pesta politik belaka, tetapi memiliki nilai moral yang dapat membawa masyarakat Indonesia kepada kemajuan, kesejahteraan dan keadilan sosial.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement