REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- JAKARTA -- PP Perbasi berencana merekrut pemain naturalisasi dari Afrika untuk kepentingan tim nasional basket putra. Kehadiran pemain berusia di bawah 16 tahun ini ditargetkan mengantar Indonesia lolos ke ajang FIBA Asia 2021. Lolos ke FIBA Asia 2021 sebagai persyaratan agar Indonesia dapat tampil pada kejuaraan dunia basket (FIBA World Cup 2023).
Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih menjelaskan alasan pemilihan pemain asal Afrika khususnya Mali. Menurut Danny, faktor harga menjadi pertimbangan utama. "Sebenarnya kalau mau bagus dari Amerika Serikat, tetapi harganya mahal. Jadi, kami lebih memilih dari Afrika. Selama ini mereka memang sudah biasa menjual pemain muda untuk disebar atau dijual ke berbagai negara," kata Danny kepada awak media, Selasa (10/4).
"Kami akan memilih dari 10 pemain terbaik. Tetapi kalau sudah langsung dapat memilih tiga orang, maka akan langsung dipilih tiga orang saja. Nanti pemain naturalisasi usia 18 akan pelatnas bareng pemain lokal. Kami rencanakan mereka di Indonesia satu setengah tahun dan di luar negeri setengah tahun. Jadi mereka tidak akan ikut kompetisi dalam negeri, termasuk IBL" tegasnya.
Untuk biaya menurut Dany, banyak pihak yang mendukung baik itu individu maupun perusahaan swasta. Sebab, kata dia, banyak pencinta basket yang ingin timnas Indonesia bisa tampil di FIBA World Cup 2023.
Selain pemain naturalisasi usia 16 tahun ke bawah asal Afrika. Perbasi juga rencananya akan merekrut satu pemain naturalisasi yang sudah jadi, pemain aktif kompetisi NBA, atau yang baru selesai ikut NBA.
Untuk jangka panjang Perbasi akan mewajibkan semua peserta Kejuaraan KU 18 minimal menyertakan satu pemain dengan tinggi maksimal 190 cm. "Jika tidak ada satu pemain tinggi 190 cm, daerah tersebut tidak boleh ikut. Ke depan persyaratan tinggi badan akan ditingkatkan," kata Dany.