Senin 16 Apr 2018 03:32 WIB

AS Ancam Sanksi Rusia Terkait Senjata Kimia Suriah

AS sebelumnya telah 'menghukum' Rusia dengan mengusir para diplomat Rusia

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Hazliansyah
Tembakan anti-pesawat tempur terlihat di langit Damaskus setelah AS meluncurkan serangan di Suriah, pada Sabtu dini hari (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: AP Photo/Hassan Ammar
Tembakan anti-pesawat tempur terlihat di langit Damaskus setelah AS meluncurkan serangan di Suriah, pada Sabtu dini hari (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengancam akan kembali memberikan hukuman pada Rusia. Hal tersebut disampaikan oleh Departemen Keuangan AS.

AS akan mengumumkan sanksi barunya pada hari Senin di Rusia terkait dengan tuduhan keterlibatan Rusia dalam penggunaan senjata kimia Suriah.

"Sanksi Rusia akan turun, Sekretaris Mnuchin akan mengumumkan Senin (16/4)," kata Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Nikki Haley seperti dikutip Reuters dari CBS, Ahad (15/4)

AS sebelumnya juga telah 'menghukum' Rusia. AS mengusir para diplomat Rusia. Pengusiran sebelumnya itu menurut pihak AS dilakukan atas dugaan serangan terhadap mantan mata-mata di Inggris dan tindakan lainnya.

"Sanksi akan ditujukan langsung pada perusahaan yang berurusan dengan peralatan yang terkait dengan Assad dan penggunaan senjata kimianya," kata Haley lagi.

Sanksi kali ini terkait dengan tuduhan AS pada Suriah terkait penggunaan zat kimia oleh Presiden Suriah Bashar Al Assad dalam perang di wilayahnya. AS, Prancis, dan Inggris meluncurkan serangan militer ke Suriah pada Jumat (13/4) malam.

Menurut Departemen Pertahanan AS serangan itu ditujukan pada tiga fasilitas penelitian gas klorin dan sarin Suriah. Rusia menjadi salah satu negara yang menentang serangan tersebut dan dianggap sebagai sekutu Suriah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement