Rabu 18 Apr 2018 16:40 WIB

Gedung Putih Tarik Ulur Sanksi Baru untuk Rusia

Sanksi baru terhadap Rusia belum diumumkan Gedung Putih.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley berbicara di markas Majelis Umum PBB, Kamis (21/12).
Foto: AP Photo/Mark Lennihan
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley berbicara di markas Majelis Umum PBB, Kamis (21/12).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Geduh Putih masih melakukan tarik ulur untuk mengumumkan sanksi baru untuk Rusia. Hal itu terlihat dari pernyataan pejabat yang saling membantah. Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, membantah pernyataan penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow. Kudlow menyebut Haley kebingungan ketika menyatakan Presiden AS Donald Trump akan segera mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia.

"Dengan segala hormat, saya tidak bingung," ujar Haley dalam komentarnya yang dilaporkan oleh Fox News. Seorang pejabat senior Pemerintah AS kemudian mengkonfirmasi kepada Fox News, Kudlow telah mendesak Haley untuk meminta maaf setelah mendengar bantahannya itu.

Pada Ahad (15/4), dalam acara Face the Nation di CBS, Haley mengatakan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin akan segera mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia pada Senin (16/4). Akan tetapi, pengumuman itu tidak pernah dikeluarkan.

Gedung Putih sempat membela Haley dengan mengatakan keputusan itu akan diumumkan dalam waktu dekat. Kemudian, Kudlow mengatakan kepada wartawan di Florida bahwa Haley telah mendahului pemerintah ketika dia mengatakan sanksi akan segera diumumkan.

"Dia melakukan pekerjaan luar biasa. Dia adalah duta yang sangat efektif, tetapi mungkin ada kebingungan sesaat tentang hal itu," kata Kudlow.

Tiga pejabat senior pemerintah mengatakan kepada Associated Press, sanksi baru akan diumumkan pada Jumat (13/4) malam, bersamaan dengan serangan yang dilakukan AS terhadap Suriah. Namun, pengumuman itu ditunda karena mereka belum mempersiapkan rencana terkait aksi militer Trump.

Mereka mengatakan sanksi itu akan diumumkan sebagai tanggapan kepada Rusia terhadap serangan itu. Akan tetapi selama akhir pekan ini, rencana itu dievaluasi kembali dan ditunda ketika reaksi Rusia lebih lemah dari yang diperkirakan semula.

"Dia tentu tidak bingung. Saya salah mengatakan itu, sangat salah. Ternyata, dia pada dasarnya mengikuti apa yang dia pikir sebagai kebijakan. Kebijakan itu diubah dan dia tidak diberitahu tentang hal itu," kata Kudlow kemudian kepada New York Times melalui sambungan telepon.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement