REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Hujan yang kembali mengguyur Kabupaten Indramayu dalam tiga hari terakhir membuat petani yang sedang panen kesulitan menjemur gabahnya. Hal itu membuat harga gabah menjadi turun.
Kondisi tersebut dialami petani di Desa Curug dan Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur. "Setiap hari hujan, mau jemur gabah jadi susah," kata seorang petani di Desa Curug, Warto, Rabu (25/4).
Warto mengaku, hujan tidak turun sepanjang hari. Namun, hujan bisa turun secara tiba-tiba saat dia baru saja menjemur gabah. Akibatnya, gabah harus segera dimasukkan kembali ke dalam karung.
Menurut Warto, hal itu membuat gabah menjadi tidak kering sempurna. Jika digiling, maka akan menghasilkan beras yang remuk. Otomatis, kondisi tersebut membuat harga gabah menjadi turun.
Ketua KontakTani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, menjelaskan, dari 13 desa di Kecamatan Kandanghaur, saat ini ada tiga desa yang sedang memasuki masa panen yakni Desa Curug, Soge, dan Kertawinangun. Sedangkan sepuluh desa lainnya sudah selesai panen dan sedang memasuki masa persemaian untuk musim tanam gadu 2018.
Waryono mengakui, para petani yang kini sedang memasuki panen mengalami kesulitan akibat hujan yang kembali mengguyur dalam tiga hari terakhir. Ia menyebutkan, harga gabah di daerahnya semula rata-rata mencapai Rp 4.200 per kilogram. Namun, dengan penjemuran yang tidak sempurna, harga gabah jadi turun menjadi di kisaran Rp 4.000 per kilogram.
Hal serupa dialami para petani di Kecamatan Jatibarang. Hujan yang turun membuat petani harus mengeluarkan tenaga ekstra dalam menjemur gabah. Mereka harus mengemas gabah ke dalam karung jika tiba-tiba hujan deras turun dan menjemurnya kembali ketika hujan berhenti.
"Kalau hujannya cuma gerimis kecil, ya paling gabahnya ditutupi dengan terpal saja," tutur seorang petani di Desa Bulak Lor, Kecamatan Jatibarang, Sadi.
Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan, pada 23-25 April 2018 memang terjadi peningkatan potensi hujan lebat dan gelombang tinggi. Hal itu terjadi di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan).
Faiz menjelaskan, pada 23-25 April 2018 itu terpantau adanya sirkulasi siklonik di sekitar perairan wilayah Indonesia. Selain itu, ada aliran udara basah dari Samudera Hindia yang mempengaruhi peningkatan potensi hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang.