REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Kanselir Jerman Angela Merkel telah selesai mengadakan pertemuan. Rapat tersebut digelar secara tertutup di kantor presiden AS atau Gedung Putih.
Setelah pertemuan itu, kedua kepala negara tersebut segera mengadakan jumpa pers di Rose Garden, sebuah taman di bagian barat Gedung Putih. Meski demikian, pertemuan kedua kepala pemerintahan itu tampaknya tidak berlangsung mulus.
Hasil dari kesepakatan yang dicapai agaknya tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginan para pemimpin. Ini terlihat dari gestur dan kata-kata yang terlontar dari kedua kepala negara itu saat melakukan konferensi pers.
Trump mengeluhkan adanya defisit perdagangan senilai 151 miliar dolar Amerika dengan Uni Eropa. Selisih bersumber dari berakhirnya pembebasan tarif baja dan aluminium. "Keputusan ada di tangan presiden, itu sudah jelas. Kami bertukar pendapat dan bernegosiasi tentang situasi saat ini tapi keputusannya tetap ada pada presiden," kata Angela Merkel seperti dirilis The Guardian, Sabtu (28/4).
Gestur yang ditunjunkan Merkel dan Trump berbeda jauh dengan bahasa tubuh yang ditampakan saat menerima kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron beberapa waktu lalu. Gerak-gerik kedua pemimpin itu terlihat lebih kaku dibanding saat kedatangan Macron ke Gedung Putih.
Menanggapi pernyataan Merkel terkait perdagangan, Trump mengatakan jika AS membutuhkan hubungan yang bersifat timbal balik. Dia mengaku hal itu tidak dimilikinya saat ini. AS dan Jerman, Trump mengatakan, tengah mengupayakan adanya kesetaraan perdagangan sambil berharap jika kanselir juga memiliki pendapat serupa.
Trump berusaha menunjukan jika hubungan kedua negara masih dalam keadaan harmonis. Dia mengaku tidak menyalahkan Jerman atau Uni Eropa terkait defisit perdagangan yang terjadi. Trump mengkambing hitamkan pemerintahan sebelumnya yang dia nilai membiarkan terjadinya defisit.
Tak hanya membahas perdagangan, kedua kepala negara itu juga membahas seputar perjanjian nuklir Iran yang dicapai pada 2015 lalu. Menurut Merkel, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) merupakan kesepakatan yang sempurna meski diakuinya tidak membahas semua masalah terkait Iran.
Namun, Merkel berpendapat, perjanjian itu membuat batasan terhadap program tersebut. Dia meminta Trump untuk segera menentukan sikap apakah akan menarik diri atau tetap memberikan komitmennya terhadap kesepakatan yang berlaku saat ini.
Dalam pertemuan kali ini, kedua kepala negara juga membahas isu-isu lainnya seperti, anggaran militer bagi para anggota milisi Pakta Perjanjian Atlantik Utara (NATO). Keduanya juga membahas seputar rencana kepindahan Kedutaan Besar AS ke Jerusalem dan permasalahan kaum veteran.