REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992 mengaku tidak akan mengintervensi pilihan politik para buruh anggotanya. "Saya bebaskan karena semua kumpulan partai manapun ada dalam organisasi kami," kata Ketua Umum SBSI 1992 Sunarti di Gedung Dewan Pers Jakarta, Selasa (1/5).
Sunarti mengaku tidak mempermasalahkan kawan buruh lain yang mendukung salah satu politikus sebagai calon presiden pilihannya pada Pilpres 2019 nanti. Menurut dia, pilihan itu merupakan hak mereka sebagai warga negara.
"Kami belum menentukan siapa yang dicalonkan. Akan tetapi, kami tidak pernah mengintervensi siapa yang dicalonkan karena itu hak masing-masing," ucapnya.
Sunarti menambahkan, siapapun presiden yang terpilih nantinya, sejauh ini tidak ada yang menguntungkan bagi kamu buruh. "Undang-undang dan sistemnyalah yang harus dikaji dan diluruskan. Bagi kami, kami terbiasa menelan pil pahit. Supaya tidak sakit hati, lebih baik netral dan berbuat yang terbaik bagi negara," kata dia.
Guna merayakan Hari Buruh Internasional atau "May Day" 2018, ribuan buruh menggelar aksi di sejumlah titik di Jakarta. Salah satu organisasi serikat pekerja, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai calon presiden di Pemilu Presiden 2019 meski kegiatan kampanye politik dilarang dilakukan saat gelaran May Day.
Buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) memperingati hari buruh di halaman kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Provinsi Sumatra Selatan, Palembang, Selasa (1/5). Dalam kesempatan itu para buruh menyerukan tuntutannya yakni peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap buruh. (ANTARA FOTO/Feny Selly)