REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Mantan sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (sekjen PBB) Kofi Annan meminta Facebook untuk lebih cepat dalam mengantisipasi keberadaan ujaran kebencian. Annan menyarankan raksasa media sosial itu membentuk tim khusus agar peredaran ujaran kebencian bisa dengan cepat ditanggulangi.
Facebook sebelumnya mendapatkan tekanan dari otoritas berbagai negara di dunia terkait penyebaran ujaran kebencian, berita hoaks, dan propaganda yang disokong pemerintah. Annan mengatakan, keberadaan hal-hal semacam itu memiliki risiko tinggi di beberapa negara seperti Myanmar.
Dia menganjurkan Facebook mencari pekerja yang bertugas untuk memantau dan mendeteksi konten berbahaya. Annan mengatakan, Facebook dapat membentuk kelompok taktis yang memiliki reaksi cepat untuk segera mengintervensi ancaman yang ada sebelum hal tersebut berkembang lebih jauh.
Facebook sebelumnya mengaku memiliki lebih dari 7.500 pekerja yang ditugasi untuk memantau unggahan pengguna agar sesuai dengan kebijakan perusahaan. Meskipun CEO Facebook Mark Zuckerberg mengaku masih kekurangan sumber daya di sejumlah negara seperti Myanmar.
Tim investigasi kemanusiaan PBB pada Maret lalu mengidentifikasi adanya peran Facebook dalam menyebarkan ujaran kebencian terhadap minoritas Muslim Rohingya di Myanmar. Hal tersebut berujung pada kekerasan yang mengharuskan hampir 700 ribu warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Annan mengatakan, keberadaan ujaran kebencian di Facebook membuat krisis yang terjadi di Myanmar terus memburuk. "Seharusnya ada tindakan yang bisa diambil untuk mencegah penyebaran pesan dan ini adalah masalah yang perlu Anda pikirkan," kata Annan.