Sabtu 05 May 2018 15:02 WIB

Abbas Terpilih Kembali Sebagai Ketua PLO

Pertemuan Dewan Nasional Palestina ditengarai sebagai strategi Abbas.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas terpilih kembali sebagai ketua Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada Jumat (4/5). Pemilihan Abbas yang telah diprediksi ini diumumkan di akhir pertemuan Dewan Nasional Palestina (PNC) di Ramallah, Tepi Barat.

"Anggota Komite Eksekutif PLO berdiskusi dan memutuskan untuk memilih saudara Abu Mazen (Abbas) sebagai ketua Komite Eksekutif," kata Azzam Al-Ahmad, sekutu setia Abbas yang berada di antara sembilan orang baru yang terpilih sebagai anggota Komite Eksekutif PLO, dikutip Arab News.

Pertemuan ini diadakan oleh Abbas sebagai salah satu strategi dalam menanggapi keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pertemuan PNC pertama dalam 22 tahun ini juga dibayangi oleh kritik terhadap pidato pembukaan Abbas pada Senin (30/4), yang memicu tuduhan anti-Semitisme.

Komite Eksekutif yang baru tidak dipilih dengan pemungutan suara, tetapi dipilih melalui konsultasi dengan faksi PLO yang mengambil bagian.

Abbas (82 tahun) diperkirakan telah mencapai sebagian besar tujuannya dalam pertemuan itu, termasuk pemecatan beberapa pesaingnya di komite tersebut, seperti Yasser Abed Rabbo dan mantan perdana menteri Otoritas Palestina Ahmed Qurei.

Abbas membiarkan pintu terbuka bagi faksi lain yang memboikot pertemuan itu, seperti Popular Front for the Liberation of Palestine, untuk memenangkan satu dari tiga kursi keanggotaan komite yang belum diisi. Dia juga mengatakan, kelompok pesaing seperti Hamas dipersilakan untuk bergabung, jika mereka menerima persatuan nasional dan PLO.

Hamas dan Islamic Jihad sebelumnya telah memboikot pertemuan itu, bersama dengan beberapa faksi PLO. Hamas menyebut pertemuan empat hari tersebut sebagai pesta tepuk tangan untuk Abbas.

Beberapa dari mereka tidak ingin menghadiri acara yang diadakan di Tepi Barat yang diduduki Israel itu. Sementara yang lain ingin pertemuan itu ditunda untuk memungkinkan dilakukannya konsultasi yang lebih besar dan lebih banyak waktu untuk rekonsiliasi antara dua faksi utama, Hamas dan Fatah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement