Senin 21 May 2018 02:03 WIB

AS Desak Myanmar Ambil Langkah Jamin Hak Muslim Rohingya

USAID melakukan kunjungan ke Myanmar pada akhir pekan lalu.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Andri Saubani
Pengungsi Rohingya bersiap untuk mengikuti Shalat Jumat di Kamp Pengugsi Kathmandu, Nepal, Jumat (18/5).
Foto: Niranjan Shrestha/AP
Pengungsi Rohingya bersiap untuk mengikuti Shalat Jumat di Kamp Pengugsi Kathmandu, Nepal, Jumat (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, MYANMAR – Kepala bantuan dari Pemerintah Amerika Serikat (AS), mendesak Myanmar untuk mengambil langkah-langkah kongkret untuk menjamin hak-hak Muslim Rohingya. Seorang administrator dari badan Pembangunan Internasional AS (USAID), Mark Green mendesak Myanmar untuk menunjukkan ketulusan dalam upaya mendorong ratusan ribu orang yang melarikan diri dari Myanmar untuk kembali.

Dilansir Reuters, Green menyampaikan hal itu pada Ahad (20/5) waktu setempat, usai kunjungannya selama tiga hari ke Myanmar untuk mengunjungi komunitas Rohingya dan Rakhine di negara bagian Rakhine Barat. Di lokasi itu juga terdapat sebuah kamp bagi orang-orang Rohingya yang terlantar.

Green mengatakan, para pengungsi yang dia temui selama perjalanann sebelumnya di kamp-kamp di Bangladesh merasa takut. Ketika mereka ingin kembali, mereka meminta hak-hak dan keamanan mereka dijamin sebelum membuat keputusan untuk kembali.

"Itu memperkuat pentingnya di sini tanda-tanda yang jelas dari ketulusan dari posisi yang dinyatakan pemerintah menyambut kembali Rohingya dengan cara yang aman, aman dan bermartabat," kata Green.

Dia melanjutkan, pihaknya sedang sangat mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah konkrit. “Langkag-langkah yang merupakan demonstrasi kemampuan Rohingya untuk kembali dalam kondisi seperti itu," kata Green.

Pemerintah Myanmar, kata Green, bisa menunjukkan para pengungsi di Bangladesh itu sebuah ketulusan, dengan mengambil tindakan yang jelas kepada puluhan ribu Rohingya terlantar dalam serangan kekerasan sebelumnya. Mereka sekarang terjebak di kamp-kamp ramai dalam kondisi kumuh di Rakhine.

Green juga mengatakan dia sangat terpukul oleh rasa putus asa yang terasa pada Muslim di dekatnya. “Mereka merasa kurangnya akses ke perawatan kesehatan, pendidikan, kemampuan untuk pindah, akses ke mata pencaharian. Hal itu semacam keputusasaan jelas mengganggu, dan itu juga sesuatu yang harus segera ditangani," ungkapnya.

Green mengatakan, Amerika Serikat akan menyediakan 44 juta dolar AS untuk bantuan tambahan kepada masyarakat Rohingya. Bantuan itu juga diperuntukkan kepada populasi rentan di Myanmar dan juga Bangladesh.

Setelah bertemu pemimpin de-facto Myanmar, Aung San Suu Kyi di ibukota Naypyitaw dan pemimpin masyarakat sipil di kota utama Yangon pada Jumat dan Sabtu lalu, Green juga melakukan pertemuan dengan pejabat pemerintah lokal di Rakhine, serta mengunjungi desa-desa dan kamp-kamp selama akhir pekan.

Sementara pada Ahad, Green pergi ke desa-desa Muslim dan Budha di kotapraja Rathedaung di utara negara yang dilanda kekerasan. Kemudian, dia bertemu dengan para pemimpin kamp di kamp Thet Kae Pyin yang dihuni oleh 6.000 Rohingya.

“Kami tidak memiliki kemewahan waktu. Kami benar-benar membutuhkan kita semua untuk melihat langkah-langkah positif ke depan dan kami siap membantu, ”kata Green.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement