REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengapresiasi jagung ungu hasil penelitian dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang, Arifin Nur Sugiharto. Ia bahkan meminta agar jagung ungu itu dikembangkan lebih luas.
Peneliti jagung ungu atau Brawijaya Purple Sweet F1 Hybrid, Arifin Nur Sugiharto di Malang, Rabu (30/5), mengatakan penelitian untuk menemukan varietas jagung baru tersebut dilakukan sejak 2009. "Benih jagung untuk varietas baru ini asli Indonesia (lokal)," katanya di Malang, Jawa Timur.
Ia mengemukakan varietas jagung hasil penelitiannya itu masih termasuk baru. Hanya saja, produksi jagung tersebut sangat terbatas, yakni 25 kilogram. Harganya pun cukup mahal karena benihnya tak murah. Harga jual jagung ungu tersebut per kilogram Rp10 ribu.
Arifin menjelaskan benih yang dibutuhkan untuk setiap hektare sekitar 15 kilogram. Adapun produktivitasnya mencapai 7-8 ton per hektare. Hanya saja, lahan tanaman jagung untuk penelitian ini masih sebatas di Malang dan Batu.
Menyinggung tantangan Menteri Pertanian Andi Amran Sualiman agar varietas jagung ungu tersebut dikembangkan lebih luas, Arifin mengaku siap mengembangkan di atas lahan 100 hektare.
Baca Juga: Varietas Unggul Baru Jagung Disebar di Wilayah Perbatasan.
Untuk pendanaan, lanjutnya, sesuai saran dari Menteri Pertanian, akan menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). "Kami akan upayakan menggandeng banyak pihak agar bisa mengembangkan secara maksimal, sebab keistimewaan jagung ungu ini memiliki kandungan antosianin cukup tinggi dan mampu melancarkan peredaran darah," tuturnya.
Arifin mengaku kaget ketika Menteri Pertanian tersebut langsung membeli jagung hasil penelitiannya dan meminta untuk dikembangkan lebih luas agar produksinya juga tinggi. Apalagi harga jagung saat ini sudah mulai bagus, bahkan produksi jagung petani sudah ada yang diekspor.
Akhir pekan lalu, saat meninjau pameran produk pertanian di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman tertarik dengan produk jagung ungu. Mentan langsung membeli hasil penelitian Arifin dengan harapan bisa diproduksi lebih banyak di atas lahan luas.
"Brawijaya luar biasa. Produk penelitianya ada yang langsung kami beli, terutama jagung ungu dan pupuk yang juga hasil penelitian dosen kampus ini. Untuk jagung ungu ini saya baru melihatnya. Salah satu yang bisa mengubah dunia pertanian ke depan adalah akademisi, antara lain hasil-hasil penellitian dari kampus, termasuk UB," kata Amran. Selain jagung ungu, Menten juga melakukan kontrak pembelian pupuk hasil penelitian dosen Fakultas Pertanian UB, yakni pupuk yang mampu meningkatkan produksi padi hingga 50 persen.