Rabu 30 May 2018 19:06 WIB

Buwas: Kami Belum Mau Impor Beras, Gudang Masih Penuh

Meski sudah dapat izin, Bulog belum mau menggunakan seluruhnya untuk impor.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Teguh Firmansyah
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengikuti rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (23/5).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengikuti rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (23/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan menerbitkan surat persetujuan impor (SPI) terkait dengan izin impor beras. Namun hingga sekarang SPI tersebut belum juga digunakan.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso bersikukuh belum mau memgimpor beras. Meski SPI untuk penambahan beras sudah ditebitkan, tapi Budi Waseso memastikan bahwa kuota beras masih mencukupi kebutuhan masyarakat.

"Wong masih banyak. SPI terbit bukan berarti harus dilaksanakan dong. Nanti ditaruh di mana? Gudang saya sudah penuh. Yang penting kan stok masih ada dan harga stabil terjamin, ya sudah," ujar Budi Waseso di Istana Negara, Rabu (30/5).

Buwas, sapaan akrabnya, menjelaskan meski sudah mendapatkan izin bukan berarti Bulog harus langsung menggunakan SPI guna mendatangkan beras. Dia menyebut bahwa wewenang untuk membeli beras dari pihak luar sepenuhnya ada di Bulog. Dengan jumlah beras yang mencukupi maka impor hanya akan menimbulkan keresahan bagi petani.

Posisi beras di gudang bulog saat ini berada di kisaran 1,48 juta ton. Jumlah ini terus bertambah karena setiap harinya ada beras masuk ke gudang mencapai 11 ribu hingga 15 ribu ton.

Pihaknya hingga sekarang tidak berniat melakukan operasi pasar, tapi lebih pada stabilitasi harga pangan termasuk beras. Jika ada fluktuasi harga pangan yang cukup besar maka Bulog akan bertindak hanya di titik tersebut hingga harga kembali normal.

"Saya tidak mau terus banyak operasi, kita sekarang efektivitas, kita lihat harga paling tinggi di daerah mana, baru kita turun," ujar Buwas.

Menurutnya memang hampir di setiap daerah terdapat kerentanan gejolak harga pangan. Namun hal ini karena ada beberapa barang yang ditahan, bukan berarti tidak ada. Barang-barang yang dibutuhkan dan langka ini kebanyak ditahan peredarannya oleh pedagang.

Hal ini dilakukan karena pedagangan berupaya untuk menarik keuntungan sebesar mungkin saat permintaan masyarakat tinggi. Meski demikian persoalan seperti ini mulai diselesaikan oleh Bulog, dan ketika ada permainan barang Bulog sudah tahu harus mencari siapa.

Pemerintah belum lama ini kembali mengeluarkan izin impor untuk beras sebanyak 500 ribu ton. Sehingga total impor yang sudah disetujui untuk tahun ini sebesar 1 juta ton.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan beras impor akan digunakan untuk menambah stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP). "Impor untuk CBP. Penguatan stok," ujarnya, di kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (23/5).

Menurut Enggartiasto, keputusan untuk menambah impor beras telah disepakati dalam rapat koordinasi terbatas yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Rapat itu dihadiri oleh semua pemangku kepentingan terkait, termasuk Kementerian Pertanian dan Perum Bulog. "Berdasarkan keputusan rakortas, saya mengeluarkan Surat Persetujuan Impor (SPI)," kata Mendag.

Ia mengatakan, setelah ada persetujuan impor, Bulog melakukan tender untuk mendatangkan beras dari negara mitra.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement