REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pada Senin (4/6) bahwa ia telah memerintahkan persiapan peningkatan kapasitas pengayaan uranium jika kesepakatan nuklir dengan kekuatan dunia berantakan setelah penarikan Amerika Serikat (AS). Ia bersumpah tidak akan pernah menerima batasan pada program rudal balistik Teheran.
(Baca: Satu Tahun Boikot Qatar, Situasi tak Terselesaikan)
Ketegangan antara Iran dan Barat telah bangkit kembali sejak Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian nuklir 2015 dengan Teheran, dengan menyebutnya sangat cacat. Penandatangan Eropa berebut untuk menyelamatkan kesepakatan itu, yang mereka anggap penting untuk mencegah senjata nuklir Iran.
Mereka berupaya menjalin hubungan dagang dengan Iran sebagai tanggapan atas sanksi keuangan baru AS untuk membujuk Teheran agar tidak menghentikan kesepakatan itu. (Baca: Pasukan Sekutu Saudi Dekati Pelabuhan Utama Yaman)
"Musuh kami tidak akan pernah dapat menghentikan kemajuan nuklir kami. Ini adalah mimpi buruk mereka dan tidak akan terjadi," kata Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi.
Dalam hal penanda tangan Eropa, Rusia, dan Cina pada kesepakatan itu terbukti tidak dapat melindungi manfaat ekonomi bagi Iran, Khamenei mengatakan, "Saya telah memerintahkan agen energi atom Iran untuk bersiap untuk meningkatkan kapasitas pengayaan uranium kami."
Dia tampak mengeraskan ancaman untuk mengembalikan pengayaan pengajuan sengketa Iran yang pertama kali dibuat setelah Trump keluar dari kesepakatan nuklir. Khamenei mengatakan, Iran akan terus mendukung pasukan perlawanan di wilayah tersebut.
Salah satu tuntutan Trump--yang pada prinsipnya didukung oleh sekutu Eropa--adalah negosiasi baru untuk mengendalikan program rudal balistik Iran, yang tidak dicakup oleh kesepakatan nuklir. Khamenei sekali lagi mengesampingkan hal ini.
"Beberapa orang Eropa berbicara tentang membatasi program rudal pertahanan kami. Saya memberi tahu orang-orang Eropa, 'Membatasi pekerjaan misil kami adalah mimpi yang tidak akan pernah terwujud,'" katanya.
Berdasarkan kesepakatan itu, republik Islam itu menahan kapasitasnya untuk memperkaya uranium untuk bahan bakar nuklir dan sebagai imbalannya memenangkan pencabutan sebagian besar sanksi internasional yang telah menggoyang ekonominya. Trump juga keberatan bahwa kesepakatan 2015, yang dicapai di bawah pendahulunya, Barack Obama, tidak membahas pekerjaan nuklir Iran di luar 2025 atau perannya dalam konflik di Yaman dan Suriah.
Meskipun berkomitmen pada kesepakatan itu, kekuatan Eropa turut prihatin bersama Trump dan menginginkan pembicaraan yang lebih luas dengan Iran untuk mengatasi masalah tersebut. Khamenei menolak ini dan menyebutnya sebagai peperangan ekonomi dan psikologis melawan negaranya. "Dan sanksi baru Amerika adalah bagian darinya," katanya.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook