Jumat 15 Jun 2018 00:03 WIB

Moeldoko: Gerakkan Ekonomi Umat sebagai Jihad Sebenarnya

Implementasi makna jihad, yakni memberdayakan orang yang tidak berdaya.

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko menyerukan jihad untuk menghidupkan serta menggerakkan ekonomi umat sebagai sebenar-benarnya jihad. "Menghidupkan ekonomi umat inilah jihad yang sebenarnya," kata Moeldoko seperti dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Moeldoko, implementasi makna jihad, yakni memberdayakan orang yang tidak berdaya, membantu orang-orang yang dalam kesulitan, dan mengangkat pendidikan anak-anak yang kurang mampu. Dia juga menyerukan hal ini dalam acara peluncuran `Tebar Kado Ramadhan dan Mudikmu Aman’.

Acara itu diselenggarakan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng Raya Jakarta, Jumat, (8/5). Mantan Panglima TNI (2013-2015) itu yakin, setiap niat baik akan menemukan jalannya.

Sebagai lembaga penyalur, Moeldoko yakin Lazismu bisa menyampaikan bantuan kepada pihak yang benar-benar membutuhkan dan juga dapat mengelolanya dengan baik. Karena Itu, ia bersedia bergabung dan menjadi bagian dari Lazismu.

Senada dengan Moeldoko, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhammad Cholil Nafis, sepakat bahwa jihad yang baik adalah yang bermanfaat bagi orang lain. "Perang di jalan Allah juga merupakan jihad dan nabi telah melakukan itu. Jadi apa yang dikatakan (Moeldoko) itu sudah tepat," kata Cholil. 

Menurutnya, menolong orang lain merupakan salah satu bentuk jihad. Ia menjelaskan, jihad itu dibagi dua, ada yang untuk diri sendiri dan ada untuk orang lain. 

Jihad untuk orang lain tersebut bisa berwujud membantu secara ekonomi maupun dakwah. Bahkan, mencari nafkah juga merupakan jihad.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak dalam kesempatan berbeda, menjelaskan Lazismu tidak sekadar menyalurkan bantuan kepada kaum yang berhak serta layak. Lazismu juga memberdayakan ekonomi umat.

"Soal ekonomi umat, selain delapan golongan orang yang berhak menerima zakat kita juga menyalurkan untuk bantuan modal bagi orang kecil yang ingin usaha. Kaum marjinal juga menjadi sasaran penyaluran kita," kata Dahnil.

Karena itu, sambung Dahnil, Lazismu bisa membuat para penerima bantuan naik tingkat. Tidak hanya sekadar menerima bantuan, tetapi mampu menjadi pemberi zakat pada masa mendatang.

"Jadi pergerakan ekonomi masyarakat terus maju. Jika ekonomi bagus tentu baik untuk negara," kata dia.

Harapan Dahnil terkait pemberdayaan ekonomi umat, juga dirasakan oleh ketua komisi VIII DPR RI, Ali Taher Parasong. Ia merasa bahwa Lembaga Amil Zakat sangat berpotensi berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat, khususnya dalam konteks ekonomi.

Politikus PAN yang memimpin komisi Agama itu berpendapat, Lembaga Amil Zakat yang dikelola oleh ormas keagamaan, seperti Muhammadiyah dan NU, bisa lebih memiliki kekuatan yang riil. "Orang merasa nyaman dengan lembaga (yang dikelola ormas keagamaan) itu, karena manajemennya tidak rumit, kemudian prosesnya mudah, akses mudah, dan fokus kepada pelayanan umat," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement