REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Belanda telah menyetujui larangan mengenakan pakaian yang menutupi wajah, mencakup burka dan niqab. Pakaian jenis ini dilarang digunakan di beberapa tempat umum, seperti di lembaga pendidikan, institusi kesehatan, rumah sakit, gedung pemerintah, dan transportasi umum.
Peraturan larangan menggunakan pakaian yang menutupi wajah disetujui setelah parlemen tinggi Belanda melakukan pemungutan suara. Politisi ultrakanan dari Freedom Party Geert Wilders menyatakan, disetujuinya peraturan tentang tata cara berbusana di ruang publik ini merupakan kemenangan besar.
Sementara itu, senator Marjolein Faber-Van de Klashorst menyebutnya sebagai hari bersejarah. Ia merupakan seorang tokoh yang menyuarakan kampanye Islamofobia di Belanda. "Ini adalah langkah pertama (pelarangan burka dan niqab) dan langkah selanjutnya adalah menutup semua masjid di Belanda," ujarnya, dikutip laman Independent.
Dalam peraturan yang telah disetujui parlemen Belanda, hijab tidak termasuk busana yang dilarang karena hanya menutupi rambut. Kemudian, penggunaan burka dan niqab pun tak dilarang bila hanya di jalanan umum. Pemerintah Belanda mengklaim orang-orang akan tetap memiliki kebebasan penuh dalam memilih cara berpakaian.
Profesor antropologi dan sosiologi di Universitas Amsterdam Annelis Moors menilai larangan penggunaan busana tertutup seperti niqab dan burka akan mengikis ruang gerak wanita Muslim di Belanda. "Ini sebenarnya hampir larangan lengkap karena satu-satunya ruang yang masih tersedia bagi wanita (yang mengenakan penutup wajah) adalah jalan dan sektor swasta," katanya.
Kendati demikian, Moors menilai, sektor swasta juga dapat mengadopsi peraturan serupa, yakni melarang penggunaan niqab dan burka. "Jadi, ini membuat wanita sangat sedikit ruang," ucap Moors.
Senator dari Green Party, Ruard Ganzevoort, memiliki pandangan mirip dengan Moors. Ia berpendapat diadopsinya peraturan larangan penggunaan niqab dan burka akan mempersempit ruang gerak wanita di Belanda, khususnya mereka yang beragama Islam.
"Ini benar-benar tidak proporsional dan satu-satunya efeknya adalah banyak dari wanita ini akan lebih banyak tinggal di rumah. Mereka tidak akan memiliki kesempatan pergi ke sekolah. Mereka tidak akan memiliki kesempatan belajar berenang, dan semua hal itu," ujar Ganzevoort menerangkan.