Jumat 06 Jul 2018 18:04 WIB

Marcus/Kevin: Wasit Rasis dan tidak Adil

Marcus dan Kevin merasa diperlakukan tidak adil saat pertandingan di perempat final

Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo
Foto: Humas PBSI
Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasangan ganda putra Indonesia unggulan pertama, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo menjalani laga perempat final yang panas di turnamen Blibli Indonesia Open 2018 Super 1000, Jumat (6/7). Usai pertandingan, Kevin dan Marcus mengungkapkan ketidakadilan yang diterima dalam pertandingan melawan unggulan lima dari Denmark, Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding ini.

"Set pertama sudah unggul tapi kena (fault) servis, terus jadi berbalik. Set kedua terus berusaha buat balikin keadaan akhirnya kita bisa. Set ketiga kita unggul jauh, tapi ada insiden itu. Masa' lucu sih, dari awal (wasit) kayak yang rasis. Kita enggak tunjuk tangan, tapi diperingatin, enggak banting raket, dibilang banting, yang kita enggak lakukan dianggap lakukan. Setelah touch, (Duo Mads) challenge, telat dia, masih dikasih wasit kan itu enggak fair banget," kata Kevin dalam jumpa pers.

(Baca: Dramatis, Marcus/Kevin Menangkan Laga Panas Lawan Duo Mads)

"Enggak adil juga wasitnya gitu, masa yang main bule, wasit bule, (hakim) servis bule, padahal mainnya di Indonesia. Kalau main di Denmark boleh, ini main di Indonesia masukin kek satu (orang) Asia. Pas keluar (selesai pertandingan), referee (wasit) marahin kita katanya main enggak baik. Padahal Conrad yang marah-marah ke Kevin duluan, 'you no good, no good', sambil nunjuk-nunjuk (ke Kevin). Referee juga ada yang bilang mau kasih kartu hitam, masa mau dikasih kartu, dia yang salah, kita sudah selesai juga, sudah menang juga," tambah Marcus.

"BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) enggak kompeten juga, kayaknya sudah tua-tua juga, enggak masuk akal juga lah. Masa mau dikasih kartu hitam, memang kita bunuh orang? Kan enggak," tegas Marcus.

Marcus juga keberatan dengan keputusan hakim servis yang disebutnya merugikan dia dan Kevin. Beberapa kali servis ia dan Kevin dianggap fault, padahal ia dan Kevin tingginya kurang dari 170 sentimeter.

"Saya tingginya 168 sentimeter, dia (para pemain Denmark) hampir dua meter. Mana bisa saya dapat pelanggaran servis tapi dia tidak. Saya saja tingginya hanya sedada dia. Kan aneh, lihatnya dari mana? Ada alatnya enggak?" ujar Marcus.

"Setelah main tadi, masa kita sudah kelar main, kalau ngomongnya Conrad baik-baik tidak apa-apa, ini teriak-teriak. Di dalam banyak orang, kan enggak enak juga, masa gitu," tambah Marcus.

Saat ditanya soal tindak lanjut dari tindakan wasit yang dianggapnya tidak adil, Marcus dan Kevin akan mengajukan protes resmi kepada BWF. "Kita sudah protes melalui PBSI juga," tegas Marcus.

"Kalau (tadi) kalah, kita terima. Tapi kalau mau kalahin kita, dengan cara yang benar lah," tambah Kevin.

Mengenai pertandingan di babak semifinal, Kevin mengatakan ia dan Marcus siap melawan siapa saja. "Ke depannya kita siap lawan siapa saja, yang penting dari diri sendiri harus siap mental, harus siap segalanya kasih terbaik," kata Kevin.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Achmad Budiharto menyatakan belum mau mengomentari insiden ini. PBSI ingin mengetahui permasalahannya lebih dulu secara lengkap.

"Kami dari PBSI belum mau berkomentar dulu. Kami ingin tahu permasalahannya lebih dulu," kata Budiharto ditemui terpisah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement