Selasa 10 Jul 2018 11:13 WIB

Pakar: Islam di Jerman Semakin Kuat

Meskipun berkembang pesat, Muslim di Jerman masih kesulitan mendirikan masjid.

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Friska Yolanda
Pakar Islam di Jerman, Dr Susanne Kaiser, saat memberikan kuliah mengenai 'Muslims in Germany: an Introduction' kepada para peserta program Life of Muslims in Germany 2018 di Goethe-Institut Berlin, Jerman, Senin (9/7).
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Pakar Islam di Jerman, Dr Susanne Kaiser, saat memberikan kuliah mengenai 'Muslims in Germany: an Introduction' kepada para peserta program Life of Muslims in Germany 2018 di Goethe-Institut Berlin, Jerman, Senin (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Islam di Jerman berkembang pesat dalam dua dekade terakhir. Saat ini, Islam menjadi agama terbesar kedua dengan jumlah penganutnya mencapai empat juta orang atau sekitar lima persen dari total populasi.

"Keberadaan Islam di sini menjadi penting karena sebenarnya setengah dari populasi (penduduk Jerman) tidak religius," ujar pakar Islam di Jerman, Susanne Kaiser, di Berlin, Senin (9/7).

Sebenarnya, kata Kaiser, Islam sudah muncul di Jerman sejak tahun 1960-an. Akan tetapi, saat itu Islam masih menjadi agama yang tidak terlalu banyak penganutnya. 

Saat ini, isu mengenai Islam menjadi hal yang sering diwacanakan di kalangan masyarakat Jerman. "Awal dari semuanya adalah serangan teror 911 di Amerika Serikat, meskipun itu juga bisa menjadi perdebatan," kata perempuan yang berprofesi sebagai jurnalis dan penulis itu.

Terakhir, membanjirnya imigran asal Suriah sejak 2015 menjadikan Jerman dipenuhi banyak perdebatan seputar Islam. "Hal ini juga dikarenakan media-media (Barat) kerap mencampuradukkan perdebatan mengenai konflik Timur Tengah dengan perdebatan mengenai Islam," kata Kaiser.

Populernya debat mengenai Islam ini juga diakibatkan menguatnya kalangan kelas menengah Muslim di Jerman. "Jika dulu banyak dijumpai wanita Muslim bekerja sebagai tenaga kerja kasar seperti cleaning service, kini wanita Muslim bekerja sebagai guru dan hakim," ujar Kaiser.

Hal itulah yang menjadikan isu hijab baru-baru ini muncul ke permukaan. "Mengingat pelakunya adalah kalangan kelas menengah ke atas," tuturnya.

Sebelumnya, sebuah pengadilan di Berlin melarang guru-guru sekolah dasar memakai hijab. Alasannya, anak-anak SD harus bebas dari pengaruh yang diakibatkan oleh simbol-simbol keagamaan. Meskipun demikian, larangan tersebut tidak berlaku untuk profesi-profesi lainnya seperti pegawai negeri dan kalangan Muslim secara umum.

Meskipun perkembangan Islam di Jerman semakin pesat, sayangnya umat Islam di Jerman kurang mendapatkan keberpihakan secara politik. Ia mencontohkan, umat Kristen sesuai amanat konstitusi di Jerman diharuskan membayar pajak gereja (church tax). Sementara, Islam karena statusnya sebagai agama minoritas tidak memperoleh perlakuan serupa.

"Akibatnya, sulit bagi masyarakat Muslim di Jerman untuk mendirikan masjid," kata Kaiser. Karena hambatan tersebut, lanjut dia, banyak komunitas Muslim di Jerman mendaftarkan tempat ibadahnya sebagai pusat budaya (cultural center).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement