REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Setelah dua tahun terakhir mengalami penurunan produktivitas akibat dampak cuaca yang tidak menentu, tanaman cengkih rakyat di Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, kini memasuki masa panen raya.
Para pemilik tanaman cengkih di desa ini berharap, pada masa panen raya kali ini harga jual komoditas cengkih kering bisa stabil kendati hasil panen cukup melimpah.
Dengan begitu, mereka bisa merasakan keuntungan yang lebih baik dari hasil panen cengkih, yang selama ini jamak ditanam di kebun maupun di pekarangan sekitar rumahnya.
Solikhin (30), salah seorang pemilik tanaman cengkih yang ditemui di kawasan Siwatu mengungkapkan, saat ini harga komoditas cengkih kering memang cenderung menurun. Jika biasanya mencapai Rp 90 ribu per kilogram, saat ini harga jual cengkih kering di tingkat petani berkisar Rp 85 ribu hingga Rp 86 ribu per kilogram. Walaupun cengkih melimpah, ia berharap harganya tidak semakin anjlok.
Baca juga, Kementan Bagikan 30 Juta Bibit Lada dan Cengkeh.
Sebab, jika harga cengkih ini stabil, setidaknya para petani di lereng timur Gunung Ungaran ini akan bisa merasakan keuntungan, setelah dua tahun produktivitasnya menurun drastis. "Harapan petani, paling tidak panen melimpah kali ini benar-benar dapat dirasakan hasilnya, setelah dua tahun produktivitas cengkih tidak bagus," kata Solikhis, saat ditemui di sela memanen cengkih, Kamis (12/7).
Hal ini diamini oleh Suwardi (60), pemilik kebun cengkih lainnya. Bulan Juli ini hampir sebagian besar pemilik tanaman cengkih di Desa Kalisidi telah melakukan petik cengkih (panen). Menurutnya, saat ini produksi cengkih tengah bagus di Desa Nyatnyono. Satu pohon cengkih yang berusia sekitar 10 tahun saja bisa memproduksi hingga 25 kilogram cengkih basah.
Perbandingan cengkih basah dengan cengkih kering--yang telah dijemur maksimal empat hari dan siap jual--adalah 3 : 1. Artinya, tiap 3 kilogram cengkih basah menjadi 1 kilogram cengkih kering, dengan harga jual rata-rata Rp 85 ribu per kilogram.
Dengan asumsi ini, pohon cengkih yang berusia 10 tahun rata-rata bisa menghasilkan setidaknya Rp 708 ribu lebih. "Jika usia pohon cengkih lebih tua dan lebih besar, tentu hasilnya juga akan semakin banyak dan tinggal dikalikan berapa pohon yang dimiliki," ujarnya menjelaskan.
Suwardi juga mengakui, selama ini para pemilik tanaman cengkih di Desa Nyatnyono memang tidak menjual cengkih kering produksi mereka langsung ke pasaran.
Karena, ada tengkulak yang rutin mendatangi para pemilik cengkih kering untuk membeli dengan harga yang disepakati. Oleh karena itu, ia berharap tidak ada tengkulak yang mempermainkan harga. "Kekhawatiran kami hanya satu, kalau para tengkulak tersebut justru mempermainkan harga di tengah melimpahnya hasil panen cengkih seperti sekarang ini," kata Suwardi.
Solikhin menambahkan, karena hasil cengkih cukup melimpah, saat ini Desa Nyanyono menjadi tujuan warga dari desa lain untuk menawarkan jasa sebagai pemetik cengkih.
Seperti warga Banyubiru dan warga Jambu banyak yang buru untuk menjadi pemetik cengkih. Untuk jasa mereka, pemilik tanaman cengkih harus mengeluarkan biaya Rp 90 ribu per hari.
Perinciannya, Rp 80 ribu untuk ongkos petik dan Rp 10 ribu untuk uang makan. Namun, jasa ini umumnya digunakan oleh warga Nyatnyono yang memiliki pohon cengkih hingga ratusan pohon. "Kalau jumlahnya masih dalam hitungan belasan pohon atau di bawah 50 pohon, biasanya cengkih yang siap petik tersebut cukup dipanen sendiri," ujarnya.