REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masjid Negara Malaysia berdiri di atas lahan seluas 53 ribu meter persegi di Kuala Lumpur. Kapasitasnya mampu menampung hingga 15 ribu orang jamaah. Lokasi masjid ini cukup strategis karena dekat dengan beberapa destinasi publik setempat, semisal Stasiun Kereta Api KL, atau sekitar 5 kilometer dari Menara Kembar Petronas.
Masjid yang berdiri sejak 1965 tersebut dibangun sebagai simbol rasa syukur rakyat dan Pemerintah Malaysia akan kemerdekaan negerinya yang dilalui tanpa perang pertumpahan darah. Struktur aslinya masjid ini berdiri di atas bekas area Gereja Venning Road Brethren.
Pada 1922, pemerintah kolonial mengambil alih lahan itu sebagai aset negara. Sejak 31 Agustus 1957, Federasi Malaysia terbentuk sehingga tanah yang ada menjadi milik pemerintah setempat.
Masjid Negara Malaysia
Seperti dilansir dari situs Islamic Tourism Centre,pembukaan Masjid Negara Malaysia untuk pertama kalinya berlangsung dalam konteks menjelang perayaan Hari Kemerdekaan. Wacana pendirian masjid ini sudah mengemuka sekitar lima tahun sejak Inggris mengakui kedaulatan Malaysia. Para kepala negara-negara bagian Malaysia bertemu pada 5 Maret 1958 untuk mematangkan rencana ini.
Mereka pun menyetujui bangunan tersebut nantinya akan dinamakan Masjid Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj. Alasannya, demi menghormati peran besar tokoh itu menyatukan Malaysia.
Namun, yang bersangkutan ternyata tidak setuju. Perdana menteri pertama Malaysia itu lantas mengusulkan nama baru yang terkesan lebih netral menyimbolkan harmoni nasional, yaitu Masjid Negara. Demikianlah, usulan ini akhirnya disepakati.
Ditunjuklah tim yang terdiri atas tiga orang arsitek dari Departemen Pekerjaan Umum Federasi Malaya.Salah seorang dari mereka berkebangsaan Inggris, yakni Howard Ashley, sedangkan lainnya merupakan orang lokal bernama Hisham Albakri dan Baharuddin Kassim.Nama lain yang turut terlibat adalah insinyur Antony Morris sejak peletakan batu pertama proyek ini pada 1963.
Masjid Negara Malaysia
Proses desain Masjid Negara Malaysia memakan waktu sekitar tiga tahun.Tim tersebut sempat melakukan studi banding ke sejumlah masjid besar di India, Pakistan, Iran, Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Spanyol.Secara garis besar, Masjid Negara Malaysia mengambil ciri-ciri dominan arsitektur modern.
Pada 27 Agustus 1965, untuk pertama kalinya masjid agung ini mengadakan shalat Jumat. Momentum ini dibuka Tuanku Syed Putra selaku Yang Dipertuan Agung dari Perlis.Simbol nasional ini diakui luas sebagai kebanggaan Malaysia.Didominasi warna putih, Masjid Negara Malaysia tampak anggun.Menara masjid ini menyerupai bentuk payung yang menutup rapat.
Tingginya mencapai 73 meter.Adapun kubah utamanya didesain dengan bentuk bintang bersegi 18 yang menyimbolkan 13 negara bagian Malaysia serta lima rukun Islam.Artinya, Islam menjadi perekat yang menyatukan seluruh negeri ini.Dilihat dari depan, kubah tersebut tampak terbuka sebagian.Hal ini menyimbolkan kemerdekaan Malaysia dicapai dengan mewadahi aspirasi rakyat.
Nuansa Melayu
Bagian interior masjid ini menampilkan kesan lapang pada ruangan utamanya. Di atasnya, terdapat bagian-dalam kubah utama yang berbentuk lingkaran sempurna, bak payung raksasa yang menaungi seisi ruangan.
Jendela-jendela yang terdapat di bagian bawahnya dihiasi dengan lapisan berwarna biru dan kaligrafi-kaligrafi yang indah. Lampu-lampu yang menempel pada bagian langit-langit menunjukkan kesan elegan, selain fungsinya untuk menerangi sudut-sudut ruangan yang tidak dilimpahi cahaya alami dari luar.
Masjid Negara Malaysia
Di tengah-tengah langit-langit ruangan itu terdapat lapisan aluminium bertuliskan ayat-ayat Alquran.Menurut situs pariwisata resmi setempat, dekorasi tersebut terinspirasi dari Masjid Biru yang berlokasi di Istanbul, Turki.
Namun, keseluruhan Masjid Negara Malaysia tidak kurang menampilkan unsur- unsur budaya Melayu.Lihat saja pada hampir seluruh dinding bangunan ini. Semuanya dilapisi ukiran-ukiran geometris, sehingga membuat penampilan dinding masjid ini seperti anyaman bambu, sama halnya rumah tradisional Melayu.
Pada 1987, Masjid Negara Malaysia yang dinobatkan sebagai salah satu masjid terbesar se-Asia Tenggara mengalami renovasi besar-besaran. Hasilnya bisa dilihat sampai saat ini. Misalnya, warna kubah yang tadinya merah jambu sekarang menjadi variasi hijau dan biru.
Selain itu, ada pula penambahan pada dekorasi taman yang berada di sekitar bangunan utama. Taman masjid ini dihiasi deretan pepohonan yang rimbun serta hamparan rumput hijau, sehingga menunjukkan nuansa ekologis di tengah perkotaan Kuala Lumpur.