Senin 13 Aug 2018 09:25 WIB

Erdogan Kritik Keras 'Perang Ekonomi' AS

Pemerintah AS menaikkan tarif impor produk aluminium dan baja dari Turki

Presiden AS Donald Trump bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Roosevelt Room Gedung Putih, Selasa, 16 Mei 2017 di Washington.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Roosevelt Room Gedung Putih, Selasa, 16 Mei 2017 di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Recep Tayyip Erdogan mengkritik Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang secara sepihak mengobarkan 'perang ekonomi' terhadap Turki. Kritikan ini disampaikan Erdogan setelah Presiden Donald Trump memutuskan untuk menaikkan tarif impor produk aluminium dan baja Turki.

"Kami sampaikan 'selamat tinggal' kepada mereka yang mengorbankan kemitraan strategis dan sekutunya dengan sebuah negara berpenduduk 81 juta jiwa dengan mengganti hubungannya dengan organisasi-organisasi teroris," kata Presiden Erdogan di depan pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di Provinsi Trabzon, Turki, Ahad (12/8).

Hubungan Turki dan AS kini tengah mengalami pasang surut menyusul sanksi Gedung Putih terhadap Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu dan Menteri Hukum Abdulhamit Gul. Sanksi tersebut diberikan karena keduanya menolak membebaskan Pastor AS Andrew Brunson yang tersangkut kasus terorisme di Turki.

Baca juga, AS Diminta Tarik Sanksi Turki

"Kami akan bertindak sesuai dengan hukum internasional. Tak seorang pun, tak satu negara pun, dan tak satu lembaga pemeringkat mana pun dapat mengancam Turki dan rakyat Turki," kata Erdogan seperti dikutip Kantor Berita Anadolu.

Presiden Trump pada Jumat (10/8), meningkatkan serangannya terhadap Ankara dengan menaikkan tarif impor AS terhadap produk aluminium dan baja Turki masing-masing menjadi 20 dan 50 persen.

Menanggapi keputusan Trump yang ditudingnya sebagai 'perang ekonomi' ini, Presiden Erdogan menegaskan pihaknya tidak akan menyerah pada tekanan AS. Sebaliknya, Turki akan berpaling ke pasar-pasar, mitra-mitra, dan sekutu-sekutu baru.

"Kami akan terus berproduksi dan meningkatkan ekspor kami. Turki akan meladeni keputusan AS ini," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement