REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sepanjang Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen. Bank Indonesia (BI) menilai deflasi tersebut salah satunya bersumber dari koreksi harga komoditas pangan.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman, mengatakan deflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2018 berasal dari deflasi komponen harga bergejolak (volatile prices) dan komponen yang harganya diatur pemerintah (administered prices).
"Deflasi terutama bersumber dari koreksi harga beberapa komoditas pangan seperti telur ayam ras, bawang merah, daging ayam ras, bayam, cabai merah, dan cabai rawit," kata Agusman dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (5/9).
BPS mencatat bahan makanan menjadi kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi sebesar 1,10 persen dengan andil 0,24 persen terhadap deflasi pada Agustus 2018. Komoditas utama yang menyumbang deflasi untuk bahan makanan adalah telur ayam ras sebesar 0,06 persen, bawang merah 0,05 persen, disusul dengan komoditas lain seperti daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit dengan andil 0,02 persen, serta sayur-sayuran 0,01 persen.
Inflasi secara kumulatif Januari-Agustus 2018 tercatat 2,13 persen dan secara tahunan (Agustus 2018 terhadap Agustus 2017) sebesar 3,20 persen atau masih berada dalam kisaran sasaran inflasi.
Agusman menambahkan deflasi kelompok volatile food lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata historis deflasi periode Idul Adha empat tahun terakhir sebesar 0,44 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 4,97 persen (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 5,36 persen (yoy).
Ke depan, BI memperkirakan inflasi tetap berada dalam kisaran sasaran inflasi 2018 yaitu 3,5 persen (yoy). Untuk itu, koordinasi kebijakan antara Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dan Bank Indonesia akan terus diperkuat dalam pengendalian inflasi agar tetap terjaga pada level yang rendah dan stabil.