Home >> >>
PDIP Projo: Tidak Ada Salahnya SBY Sowan ke Mega
Jumat , 07 Feb 2014, 11:28 WIB
Dok/pri
Fahmi, inisiator PDIP Projo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya wacana koalisi PD-PDIP yang diusulkan elite Partai Demokrat (PD) dengan menduetkan Pramono Edhie Wibowo dengan Megawati  merupakan hal tidak perlu ditanggapi terlalu serius dan merupakan sensasi “kegalauan” elite Demokrat.

“Sistem pemerintahan kita tidak mengenal koalisi atau oposisi yang ada dengan tanda petik.’Wacana yang digaungkan elite PD itu bagaikan pungguk merindukan bulan,”ujar salah satu inisiator Manifesto PDI Perjuangan Pro Jokowi (Projo) Fahmi Alhabsyi kepada ROL, di Jakarta (7/2).

Fahmi menjelaskan bahwa koalisi itu sulit terwujud karena siapa calon presiden atau wapres yang akan diduetkan pun tidak melalui proses yang jelas. Konvensi Demokrat yang ada sekarang tidak jelas dan tak lebih seperti ajang ‘idol-idol’. Karena mekanisme dan panitia konvensi yang mengadakannyapun tidak jelas dimata publik, sehingga output yang dihasilkannya pun tidak jelas pula.

Apalagi manuver elite PD yang lebih senang “jualan” Pramono Edhie sebagai wapres dibanding capres “. Sekelas Idol yang di TV saja partisipasi pemirsa terlibat. Coba tanya ke masyarakat di daerah-daerah pernah dengar tidak konvensi capres Demokrat atau berapa kandidat yang ikut ? Kapan publik pernah lihat debat capres Demokrat di televisi?,” ujar Fahmi mempertanyakan.

“Megawati bukanlah sosok yang pragmatis hal itu terbukti ketika Demokrat sedang ‘di atas angin’ saja. "PDIP memilih diluar pemerintahan,  kalaupun saat ini ada elite PDI Perjuangan  yang mencoba “bermain api” itu dapat dipastikan  elite ‘Pragmatis bin Was-was’, "ujar aktivis 98 UI.

Fahmi menyarankan sebaiknya Demokrat belajar menjadi oposisi di luar pemerintahan, tapi itupun bila lolos treshold . Laboratorium politik Indonesia sudah membuktikan bahwa sikap PDI Perjuangan yang berada diluar pemerintahan mampu meningkatkan potensi perolehan suara pada Pileg 2014. Sikap politik “minderhead” harus dihilangkan dalam proses demokrasi.

“Dalam falsafah Jawa hidup itu  Cakra Panggilingan. Tidak ada salahnya SBY sowan ke Bu Mega dan belajar bertukar pikiran bagaimana mengelolai partai jika menjadi ‘oposisi’. Itu lebih elegan dibanding menggadang Pramono Edhie Wibowo menjadi wapres ketika  mengikuti kontes ‘idol capres’ yang rasionalnya konvensi itu  “disuspend’, “ katanya.


Redaktur : Maman Sudiaman
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar