REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilih calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) belum seloyal pasangan Prabowo-Subianto Hatta Rajasa.
Hal ini terjadi karena kinerja Jokowi di DKI Jakarta dianggap belum optimal. "Masyarakat ragu terhadap Jokowi karena rekam jejak," kata Direktur Pusat Kajian Kebijakan & Pembangunan Strategis (Puskaptis), Husin Yazid dalam keterangan pers, Selasa (17/6).
Survei yang dilakukan Puskaptis, elektabilitas Jokowi berada di angka 42,79 persen. Dari jumlah itu prosentase pemilih loyal Jokowi berada di angka 85,16 persen dan sisanya masih bisa berubah. Kondisi ini menurut Yazid berbeda dengan pasangan Prabowo-Hatta.
"Elektabilitas Prabowo-Hatta 44,64%. Dari angka itu, sebesar 86,79% pemilih Prabowo tidak akan mengubah pilihannya," ujar Yazid.
Yazid mengatakan Jokowi dianggap belum membuktikan kapasitas sebagai pemimpin Jakarta. Menurutnya, selama dua tahun menjadi gubernur, belum ada prestasi luar biasa yang ditunjukan Jokowi. Persoalan macet misalnya, sampai saat ini dirasa belum ada perbaikan.
Selain itu, pilihan Jokowi maju menjadi capres juga menimbulkan pertanyaan di kalangan pemilih soal kredibilitas dan integritas Jokowi. Pasalnya Jokowi sudah pernah berjanji membenahi persoalan Jakarta hingga lima tahun. "Kredibilitas Jokowi jatuh, integritas jatuh," ujar Yazid.
Sementara, pasangan Prabowo-Hatta dianggap bisa saling melengkapi. Ini karena Prabowo yang berlatar belakang dianggap bisa menjadi keamanan dan ketertiban yang menjadi modal penting pembangunan ekonomi. "Hatta dianggap mampu mengatasi persoalan ekonomi Indonesia," katanya.
Puskaptis melakukan survei pada 6-12 Juni lalu terhadap 2.400 responden di 33 provinsi dan 115 kabupaten/kota.