REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Salah satu peserta konvensi capres Partai Demokrat Dino Pati Djalal menegaskan Indonesia tidak perlu dan tidak pantas takut ikut Komunitas ASEAN 2015.
Indonesia, ia menambahkan, memiliki sumber daya alam dan manusia serta potensi produk yang tidak kalah dengan negara lain di ASEAN.
"Bagaimana kita mempertanggung jawabkan kepada generasi penerus, kalau tidak ikut dalam kesepakatan Komunitas ASEAN itu sedangkan negara yang lebih kecil saja seperti Myanmar dan Vietnam ikut," kata Dino di depan para pengusaha anggota HIPMI Sumut yang memasuki kantor baru di kawasan Jalan Sudirman, Medan, kamis (23/1).
Dino berada di Medan berkaitan dengan penampilannya mengikuti Debat Bernegara Calon Presiden Konvensi Partai Demokrat , Rabu (22/1) malam.
Dia menyebutkan, banyak produk Indonesia yang unggul antara lain produk CPO, karet dan furniture.
"Tidak ada alasan takut dalam menghadapi era Komunitas ASEAN. Saya prihatin dan sedih mendengar ada tokoh pemuda yang meminta Indonesia mundur dari Komunitas ASEAN yang dimulai 2015," katanya.
Dia memberi contoh semangat beberapa negara seperti Ethopia. "Tau tidak, negara yang masuk negara miskin Ethiopia ternyata pengekspor terbesar bunga tulip ke Eropa," katanya.
Semangat pengusaha untuk bangkit dan dukungan kuat Pemerintah memang diperlukan agar bisa tetap kuat dan memenangkan persaingan.
"Pemerintah memang harus memberikan berbagai kemudahan mulai perizinan dan lainnya untuk pengusaha dalam negeri untuk semakin siap menghadapi komunitas ASEAN," katanya.
Ketua HIPMI Sumut, Firsal Ferial Mutyara dalam dialog itu mengaku salah satu permasalahan yang dihadapi pengusaha adalah urusan dan biaya tinggi perizinan.
Sulit dan mahalnya biaya perizinan serta infrastruktur yang masih belum memadai membuat biaya produksi lebih tinggi dan kalah bersaing dengan produk asing seperti dari China yang ditawarkan lebih murah.
Tetapi dengan menguatnya nilai dolar AS terhadap Rupiah yang membuat barang impor menjadi mahal, menolong produk lokal untuk bisa bersaing.
"Sebenarnya mutu produk Sumut lebih bagus, tetapi kalah bersaing dengan harga dan termasuk masih tingginya kecenderungan menggunakan barang impor.Jadi kalau biaya produksi bisa ditekan dan rasa cinta produk dalam negeri tinggi, Indonesia bisa lebih unggul," katanya.