Home >> >>
Gagasan Endriartono Membangun Indonesia
Kamis , 23 Jan 2014, 21:38 WIB
ANTARA FOTO
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto menyatakan siap menyampaikan gagasan membangun Indonesia pada debat capres konvensi Partai Demokrat di Palembang, Sabtu (24/1).

Melalui siaran persnya yang diterima, Kamis (23/1), Endriartono menjelaskan dirinya bersama tiga peserta lainnya dari konvensi calon presiden Partai Demokrat sudah tampil pada acara debat di Medan, Rabu (22/1) malam.

Pada kesempatan tersebut, Endriartono dan tiga peserta lainnya yakni Anies Baswedan, Dino Patti Djalal, dan Marzuki Alie, menjelaskan soal gagasan dan konsepnya yang menjadi visi dan misinya dalam membangun Indonesia.

Endriartono menjelaskan, menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah kewajiban bersama dari seluruh bangsa Indonesia.

"Menjaga NKRI ini adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Sejengkal tanah pun tidak boleh direbut oleh orang lain," kata Endriartono Sutarto pada kegiatan debat capres konvensi Partai Demokrat di halaman Istana Maemun, Medan, Rabu (22/1) malam.

Endriartono mengatakan hal itu menjawab pertanyaan moderator, Hinca Panjaitan, dari Komite Konvensi yang menanyakan perihal NKRI harga mati, apa program kekuatan pertahanan dan konsep yang akan
diusung.

Jenderal TNI (purn) ini menjelaskan secara gamblang, bahwa untuk menjaga keutuhan NKRI diperlukan diperlukan militer yang tangguh dan dukungan alat utama sistem persenjataan (alutsista) modern sehingga negara lain berpikir puluhan kali untuk menyerang Indonesia.

"Namun, persoalan bangsa Indonesia, bukan hanya persoalan politik, tapi juga persoalan pembangunan ekonomi, politik, dan pertahanan yang harus dilakukan secara simultan," katanya.

Komite Konvensi juga menanyakan bagaimana konsep strategis soal prioritas pembangunan ekonomi seperti menjaga pertumbuhan ekonomi, meningkatkan ketahanan pangan, dan menurunkan angka kemiskinan.

Endriartono menjelaskan, pertumbuhan ekonomi saat ini hanya angka tanpa makna dan tidak membuka lapangan pekerjaan baru. "Orang miskin di Indonesia karena tidak bisa bekerja dan tidak ada lapangan pekerjaan," katanya.

Soal kedaulatan ekonomi, menurut Endriartono, kebutuhan energi dan pangan untuk bangsa Indonesia masih tergantung negara lain.

Ia mencontohkan, Indonesia masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dari negara lain dalam jumlah besar, padahal Indonesia memiliki sumber energi lainnya seperti batubara, gas, panas bumi, angin, dan
air.

"Jika sumber daya energi alternatif ini diberdayakan, sambil mengurangi impor BBM, maka anggaran subsidi BBM bisa dikurangi, untuk kebutuhan kesejahteraan rakyat di sektor yang lain," katanya.

Pertanyaan lainnya, bagiamana konsep strategis dalam menyikapi perdagangan bebas, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyejahterakan rakyat?

Endriartono mengatakan, era globalisasi tidak bisa dihindari tinggal bagaimana Indonesia menyikapinya, apakah akan turut memanfaatkannya untuk kepentingan nasional atau malah menjadi korbannya.

"Memanfaatkannya, salah satunya dnegan menyiapkan sumber daya manusia agar bisa berkompetisi," ujar Tarto.

Debat Capres Konvensi Partai Demokrat putaran kedua, berlangsung di halaman Istana maemun, Medan, Rabu (22/1) malam.

Empat peserta tampil satu persatu di podium yang disediakan panitia yakni Komite Konvensi, setelah diminta tampil oleh moderator, Hinca Panjaitan dari Komite Konvensi.

Sebelum memulai debat, Hinca menjelaskan aturan main Debat Capres Konvensi Partai demokrat, bahwa setiap peserta yang mendapat pertanyaan, berhak menyampaikan jawaban paling lama tiga meniat, untuk
setiap jawaban.

Redaktur : Djibril Muhammad
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar