REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dewan Pimpinan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Barat menilai kasus Jersey Persib yang terdapat logo PKS di dunia maya, tidak akan mempengaruhi elektabilitas salah satu kandidat capres yang diusung partai tersebut Ahmad Heryawan (Aher).
"Insya Allah, untuk elektabilitas Kang Aher akan baik-baik saja. Bahkan, kabar kalau Kang Aher mundur sebagai Duta Persib juga sepertinya tidak banyak berpengaruh terhadap elektabilitasnya," kata Ketua DPW PKS Jawa Barat Tate Qomarudin di Bandung, Jumat (28/2).
Terkait kasus tersebut, Aher mundur sebagai Duta Persib dan predikat yang diraih oleh Ahmad Heryawan didapatkannya saat yang bersangkutan dalam kapasitas sebagai kepala daerah yakni Gubernur Jawa Barat.
"Dan saya juga yakin walaupun sekarang tidak menyandang sebagai Duta Persib, Kang Aher akan tetap mencintai Persib sebagai kesebelasan kesayangan warga Jabar," kata dia.
Kasus Jersey Persib yang ada logo PKS dan dipakai oleh kader PKS tersebut, menurut dia, adalah bentuk kreativitas seseorang yang mencintai klub sepakbola tersebut.
"Dia kan cinta Persib, semuanya pendukung Persib, fanatik Persib, seperti warga Bandung yang lain. Kemudian dia mungkin berinisiatif demikian," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Tate, untuk ke depannya pihaknya mengimbau agar seluruh kader PKS untuk lebih cermat dalam mengekspresikan kecintaannya terhadap sesuatu.
"Saya imbau ke depan semua kader dan simpatisan agar lebih cermat dalam mengekspresikan cinta supaya tidak disalahfahami," kata dia.
Sementara itu Pengamat Ilmu Politik dan Pemerintahan dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Asep Warlan Yusuf mengatakan polemik Jersey Persib-PKS tidak akan memengaruhi elektabilitas Ahmad Heryawan.
"Kejadian ini tidak akan berpengaruh terhadap elektabilitasnya selama bisa menyikapinya dengan arif, bijaksana, dan tidak emosional," kata Asep Warlan.
Menurut Asep, polemik ini akan berakhir dengan sendirinya apabila Aher bisa bersikap demikian.
"Kalau bisa Pak Aher jangan kepancing lah, jadi sikapi dengan arif, bijak, dan tidak emosional, itu akan bersih dengan sendirinya. Jangan sebaliknya, nanti bisa dimainkan lagi, digoreng lagi," kata Asep.
Ia menuturkan, politisasi bisa terjadi pada bidang apapun, jangankan hanya di kasus Jersey Persib bahkan kampus bahkan TNI/Polri pun berpotensi untuk dipolitisasi.
"Rapi politisasi jangan pula lantas di cap jelek. Politisasi yang dilakukan demi kepentingan yang lebih luas atau demi kemajuan bangsa dan negara justru membawa dampak positif bagi masyarakat," kata dia.