Home >> >>
'Indonesia Tak Butuh Presiden Populer'
Kamis , 03 Apr 2014, 10:21 WIB
Republika/Yasin Habibi
Pendukung Joko Widodo (Jokowi) melakukan aksi spontan mendukung pencalonan Gubernur Jakarta itu sebagai presiden.

REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Saat ini berbagai calon presiden (capres) mulai menampakan diri untuk menarik hati masyarakat demi melenggang menuju istana.

Bagi hampir semua calon presiden (capres), popularitas adalah magnet yang bisa menarik simpati masyarakat. Terlebih masyarakat Indonesia cenderung untuk memilih seseorang yang sering terlihat.

Hal itu dikatakan Yusuf Rijal selaku Presiden Lumbung Informasi (Lira) dalam acara Bedah Buku, Rabu (2/4). "Mereka (masyarakat. Red) milih capres itu yang populer, sayang sekali kalau sampai salah pilih" kata dia.

Capres-capres tersebut sibuk membangun kepopuleran, membicarakan visi dan misi namun tidak menunjukkan kemampuannya dalam menjaga keutuhan negeri.

"Indonesia tak butuh capres dengan modal visi dan misi belaka apalagi terdongkrak karena popularitas," ungkap Rijal.

Dia menjelaskan, Indonesia butuh sosok yang mampu menjaga keutuhan dan kesatuan negara Indonesia, begitu juga dengan keamanan dan kenyamanan negara.

Meski tidak ada persyaratan sebagai capres harus berlatar belakang militer, namun menurut Rijal, jebolan militer memiliki jiwa kepemimpinan dan ketegasan dalam mengambil keputusan. "Kesempatannya untuk orang militer cukup besar," ujar dia.

Dalam perang politik tahun ini terdapat dua jebolan militer yang menurutnya memiliki kemampuan untuk menjaga keutuhan Indonesia. "Tahun ini ada dua mantan militer yang bertarung dan masing-masing berkompeten untuk menjadi presiden," ujar dia.

Ridwan Saidi, selaku pengamat sosial dan politik menjelaskan fenomena Jokowi yang memiliki tingkat popularitas tinggi di kalangan masyarakat.

Dia mengatakan, Jokowi mendapat keuntungan besar karena kepopulerannya di media. Dahulu, dia menjelaskan, saat pemilihan gubernur DKI Jakarta, pendukung Foke (Sapaan akrab Fauzi Bowo) beralih mendukung Jokowi namun sekarang mereka menyesal karena orang yang didukung tersebut justru mangkir dari tanggung jawabnya mengurus Jakarta.

"Saran saya sih, Jokowi selesaikan dulu tugasnya sebagai Gubernur Jakarta, bagaimana kita memilih orang yang mangkir dari tugas untuk jadi presiden?" kata dia.

Redaktur : Djibril Muhammad
Reporter : C65
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar