Pedagang menata kaos bergambar Jokowi di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (27/3). (foto: Raisan Al Farisi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Netralitas Polri dipertanyakan saat memberikan penambahan pengawalan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) saat berkampanye untuk PDIP di sejumlah daerah. Indonesian Police Watch (IPW) menilai Polri memberikan keistimewaan kepada calon presiden yang diusung PDIP tersebut.
"Sementara pada Prabowo dan Wiranto yang juga tampil sebagai capres, Polri tidak memberikan pengawalan khusus. Untuk itu Kapolri harus menjelaskan, kenapa memberi keistimewaan pada Jokowi," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane kepada Republika, Ahad (6/4).
IPW berharap situasi yang kondusif di sepanjang masa kampanye tetap terjaga hingga proses Pilpres 2014 selesai. Namun, imbuh Neta, Polri perlu mencermati situasi pascapenghitungan suara dan menjelang Pilpres.
Pertarungan partai politik maupun calon presiden diperkirakan cukup ketat mengingat SBY tidak bisa maju lagi sebagai capres. "Kondisi ini tentu akan membuat eskalasi politik bakal panas yang otomatis menjadi ancaman bagi situasi kamtibmas," katanya.
Sebelumnya diberitakan, pengawalan yang diberikan Polri kepada Jokowi dinilai berlebihan. Salah satu contohnya adalah saat Jokowi mengikuti acara partai di Ngawi, Jawa Timur, pekan lalu.
Di Jalan PB Soedirman, yang merupakan jalan utama Kota Ngawi ditutup demi menyambut kedatangan Jokowi, Senin (31/3). Jalan tersebut sudah disterilkan dari kendaraan lain 1,5 jam sebelum Jokowi datang.
Pantauan Republika, sejumlah petugas kepolisian dan Dinas Perhubungan sudah berjaga-jaga di depan sebuah rumah yang akan disinggahi Jokowi. Rumah yang berada di Jalan PB Soedirman tersebut merupakan kediaman keluarga Bupati Ngawi Budi Sulistyono, yang juga kader PDIP.
Jokowi sendiri tiba di lokasi sekitar pukul 09.30 WIB dengan menumpang mobil Innova warna putih yang dikawal mobil polisi. Setelah rombongan Jokowi datang, jalanan kembali dibuka untuk umum.
Ternyata, mantan Wali Kota Solo tersebut singgah hanya untuk menikmati sarapan dengan menu nasi pecel. Setelah sekitar 15 menit menyantap makanan, Jokowi kembali melanjutkan perjalanan untuk blusukan di Jawa Timur.
Pengamanan yang diberikan pada Jokowi terlihat terlalu berlebihan. Padahal, ia datang hanya untuk sarapan sebentar saja.