REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menerapkan pendidikan karakter untuk sekolah dasar dan menegah mulai tahun ajaran ini. "Metodologinya nanti akan diintegrasikan kepada setiap pelajaran," kata staf khusus Mendiknas bidang komunikasi dan media, Sukemi di Surabaya, Rabu (13/7).
Ia mengemukakan hal itu saat berbicara dalam dialog pendidikan ke-3 yang digelar Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kemendiknas dan dihadiri 100 guru MI/MTs. Dalam dialog yang bertajuk 'Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa' itu, ia menjelaskan Badan Kurikulum Kemendiknas sudah melakukan persiapan.
"Kami sudah melakukan pemantapan sejumlah guru bidang studi, lalu Badan Kurikulum Kemendiknas juga menyiapkan kisi-kisi integrasi itu. Pak Nuh (Mendiknas) juga sudah mengeluarkan instruksi," paparnya.
Misalnya, pendidikan karakter tentang kejujuran dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran matematika, PKN, agama, dan sebagainya. "Tentu di lapangan akan ada improvisasi, tapi hal itu terserah para guru," ucapnya dalam dialog yang dibuka Kepala PIH Kemendiknas Prof Ibnu Hamad itu.
Dalam dialog yang juga mengundang pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim, Ir KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), ia mengatakan pihaknya juga akan memantau pelaksanaan pendidikan karakter itu. "Kalau ada kisah atau pengalaman inspiratif dalam pendidikan karakter itu, kami akan bagikan kepada sekolah lain untuk sekolah percontohan," ujarnya.
Ia menambahkan Mendiknas sudah menetapkan empat inti pendidikan karakter yakni jujur, cerdas, bisa bersahabat, dan bertanggung jawab. Senada dengan itu, pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim, Ir KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), mengatakan pihaknya juga menerapkan empat pendidikan karakter di pesantren yang diasuhnya.
"Di Tebuireng, kami menanamkan karakter ihlas, jujur, bertanggung jawab, dan tasamuh (toleran/peduli). Kalau melanggar akan kami beri sanksi, misalnya, kalau menyontek akan diberi ujian ulang sendirian," katanya menegaskan.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Abd Haris MA menegaskan bahwa eksistensi suatu bangsa memang ditentukan karakter. "Kalau bangsa itu ingin eksis, maka bangsa itu harus memiliki karakter. Kalau tidak, maka bangsa itu akan hancur," katanya.