REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Universitas Negeri Semarang (UNS) mengimbau kalangan sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat jujur dalam merekomendasikan siswa dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) jalur undangan.
"Kalau sekolah terbukti tidak jujur dan merekayasa nilai siswa untuk ikut SNMPTN undangan akan mendapat 'blacklist' tidak bisa ikut lagi," kata Penanggung Jawab SNMPTN Undangan Unnes Agus Wahyudin di Semarang, Jumat (24/2).
Hal itu diungkapkannya menanggapi langkah Panitia SNMPTN Pusat yang memberikan 'blacklist' sekitar 10 sekolah yang tidak memeroleh kesempatan mengikuti SNMPTN tahun ini karena terbukti merekayasa nilai siswa tahun lalu.
Menurut dia, penutupan akses sekolah merekomendasikan siswa mengikuti SNMPTN undangan memang menjadi wewenang panitia pusat, tentunya berdasarkan laporan perguruan tinggi yang kemudian diverifikasi dan pembuktian.
"Kalau untuk Unnes, kami memang tidak menemukan sekolah yang berbuat curang dan memanipulasi data. Pada pelaksanaan SNMPTN tahun lalu, kami menilai rekomendasi siswa oleh sekolah dilakukan secara valid," katanya.
Namun, ia tetap mengimbau sekolah untuk menjaga kredibilitas dan kejujuran, terutama dalam merekomendasikan siswa mengikuti SNMPTN undangan tahun ini sesuai dengan kemampuan akademis dan prestasi siswa.
Karena itu, Agus mengaku telah menyosialisasikan ke kalangan kepala sekolah di Jawa Tengah untuk menjaga kejujuran, dan memberikan perlakuan adil pada siswa yang memang memenuhi syarat mengikuti SNMPTN undangan.
Pembantu Rektor I Unnes itu mengatakan, Unnes memberi porsi besar terhadap mahasiswa dari SNMPTN, baik jalur tulis dan undangan dengan menetapkan kuota 80 persen dari daya tampung sekitar 7.500 mahasiswa.
"Untuk SNMPTN undangan sendiri, kami beri porsi lebih besar dibanding SNMPTN tulis. Dari 80 persen kuota SNMPTN itu, 80 persennya kami berikan untuk jalur undangan dan 20 persen untuk SNMPTN tulis," katanya.
Ia mengakui, jalur masuk SNMPTN memang memberi kesempatan bagi mahasiswa dari seluruh daerah di Indonesia masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan sehingga banyak mahasiswa luar Jateng yang masuk Unnes.
"Pada penerimaan mahasiswa tahun lalu, mahasiswa kami melalui SNMPTN banyak yang berasal dari berbagai daerah, mulai Aceh, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun, paling banyak memang dari Jateng," kata Agus.
Berbeda dengan Unnes, Universitas Diponegoro Semarang justru memberikan porsi lebih besar pada jalur SNMPTN tulis dibandingkan undangan, sebab SNMPTN undangan hanya mendasarkan pada nilai akademik siswa.
"Kami siapkan kuota 60 persen untuk SNMPTN, baik undangan dan tulis dari total daya tampung. Dari 60 persen itu, sebesar 15 persen diambil dari SNMPTN undangan, selebihnya SNMPTN tulis," kata Rektor Undip Prof Sudharto P. Hadi.