Jumat 11 Oct 2013 19:13 WIB

IPB Ajak Mahasiswa Terlibat dalam Kerja Sama dengan Jerman

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Djibril Muhammad
Rektor IPB Herry Suhardiyanto
Rektor IPB Herry Suhardiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dalam Workshop Fungsi Ekologi dan Sosioekonomi Perubahan Sistem Hutan Tropis Dataran Rendah di IPB International Convention Center (IICC), Kamis dan Jumat, 10 dan 11 Oktober 2013, IPB kembali memperpanjang kerja sama penelitian dengan Goettingen University Jerman melalui Collaborative Research Centre (CRC) 990.

Konsorsium Collaborative Research Centre (CRC) 990 di IPB, Prof Anas M Fauzi, mengatakan kerja sama ini merupakan perpanjangan dari kerja sama sebelumnya pada 2009.

Kali ini kerja sama akan diperpanjang hingga 2015. Namun, Yayasan Sains Jerman (DFG) melihat kerjasama ini cukup potensial dan kemungkinan akan diperpanjang hingga 2023.

Wakil Rektor IPB Bidang Riset dan Kolaborasi itu menjelaskan kerja sama ini memiliki implikasi positif tidak hanya bagi IPB, tapi juga bagi Indonesia.

"Kita berkesempatan untuk membangun sumber daya manusia melalui pertukaran mahasiswa dan dosen, pengembangan kemampuan riset di bidang masing-masing, serta pengenalan teknologi yang lebih lebih baik. Sehingga, publikasi dan daya saing pun bisa lebih baik," kata Anas menjelaskan.

Hasil penelitian bersama yang dilakukan di Harapan Rain Forest dan Taman Nasional Bukit Duabelas ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pemegang otoritas pusat maupun daerah terkait lingkungan dan soisoekonomi masyarakat.

Sebab tujuan utama kerja sama ini menekankan pada keterjagaan fungsi ekosistem dengan tetap membantu kesejahteraan masyarakat.

Tukar pengalaman dengan universitas seperti Goettingen University dinilai Anas bisa memperkaya kurikulum.

Pendanaan kerja sama yang ditujukan pada penelitian dasar juga sangat potensial untuk dimanfaatkan mahasiswa S1 dari universitas manapun yang memiliki topik penelitian yang mempunyai konteks yang sama.

Data yang dikumpulkan disimpan di pangkalan data di Jerman dan mirror datanya ada di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuan tanah air. "Akses data bisa dibuka oleh semua, termasuk peneliti yang bukan anggor CRC 990," kata Anas.

Ia menekanakan kesempatan ini harus dimanfaatkan betul oleh para peneliti Indonesia untuk kepentingan Indoneisa dan dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement