REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Universitas Airlangga, Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), kembali menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan para delegasi Kaohsiung Medical University (KMU) asal Taiwan.
Penandatanganan itu dilakukan oleh Wakil Rektor III Unair Soetjipto dan Vice President KMU, Yi-Ming Arthur Chen di ruangan Wakil Rektor III Unair.
Lima delegasi KMU diterima oleh lima perwakilan Unair membicarakan bentuk kerja sama yang telah dilakukan selama delapan tahun sebelumnya.
Bentuk kerja sama yang diinginkan meliputi pertukaran mahasiswa dalam bidang kesehatan, pertukaran residen yaitu suatu tahap dalam pendidikan medis pascasarjana di Indonesia, pertukaran dosen, dan riset kolaborasi di antara keduanya.
“Riset kolaborasi ini tak hanya dari bidang kedokteran saja, tetapi juga dari fakultas-fakultas yang berkaitan dengan bidang kesehatan. KMU memiliki enam fakultas, yaitu fakultas kedokteran, kedokteran gigi, farmasi, keperawatan, ilmu kesehatan, dan ilmu hayati. Kita bisa berkolaborasi dalam hal-hal itu,” ujar Yi-Ming seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (13/8).
Menanggapi hal itu, Soetjipto mengatakan Unair memiliki satu-satunya rumah sakit (RS) pendidikan yaitu RS Universitas Airlangga dan Lembaga Pusat Tropik yang diakui oleh Kemenristek sebagai Pusat Unggulan Iptek nasional. Salah satu delegasi KMU yang hadir adalah Aij-Lie Kwan yang merupakan professor di bidang neurosurgery KMU Taiwan.
“Inisiasinya dari Prof Abdul Hafid yang merupakan neosurgery di Unair, dan neosurgery di Kaohsiung,” ujar Aij-Lie.
Ahli syaraf KMU itu mengemukakan alasan kerja samanya dengan Unair karena Unair unggul di bidang kesehatan. “Unair itu lebih unggul dari Universitas Indonesia (UI). Bagus Unair itu,” ujarnya.
Sampai delapan tahun jalinan kerja sama Unair-KMU ini, keduanya pernah melaksanakan seminar, seperti seminar tentang World Woman, yang merupakan kerja sama Unair-KMU di Taiwan.
“Kita juga mengadakan kolaborasi riset tentang kinang. Kalau di sini orang kan dulunya pernah makan kinang,” katanya.
Dia menyebutkan, di Indonesia, kinang disebut bagus untuk gigi. Padahal di luar negeri justru menyebabkan Oral SIIs (Simultaneously Inserted Implants). Kolaborasi riset ini, kata dia, merupakan tindak lanjut kerja sama kedua universitas ini empat tahun lalu.
Awalnya, KMU hanya bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran (FK) Unair. Aij-Lie kemudian menginginkan adanya peningkatan kerja sama itu ke tingkat universitas. “Jadi, yang awalnya hanya dengan fakultas kedokteran, kali ini kita bisa bekerjasama dengan fakultas-fakultas lainnya yang terkait, seperti keperawatan,” ujarnya.