REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Faktor ekonomi masyarakat di Kampung Pasar Rebo Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, khususnya RW 8, yang masih tergolong menengah ke bawah. Hal ini dinilai menjadi penyebab belum adanya sarana penampungan air bersih yang permanen dan sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) layak di masing-masing rumah tangga. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan aliran sungai untuk kegiatan mencuci dan mandi.
Kampung Pasar Rebo adalah salah satu desa yang dilewati oleh aliran Sungai Cihideung.Masyarakat memanfaatkan air yang bersumber dari dua mata air yang terletak di pinggir aliran Sungai Cihideung untuk memenuhi kebutuhan air.
Pengadaan sarana MCK pernah dilakukan di daerah ini oleh pihak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, namun hanya sebatas kawasan RT 01. Sedangkan di RT 02 dan 03 yang lebih dekat dengan sumber mata air belum dilakukan pengelolaan air yang baik dan pengadaan sarana MCK yang layak. Hanya terdapat satu kamar mandi umum di RT 02 dengan kondisi yang sangat minim.
Berdasarkan hal itulah sejumlah mahasiswa IPB diantaranya: Dewi Maya Sari Sihombing, Sukma Violina Pelawi, Rebo Elfida Karo-Karo, Prasepta Widikurnia dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan Iin Anggraini dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) mengusung Program Kreativitas Mahasiswa bidang pengabdian kepada masyarakat.
PKM yang diajukan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI tersebut bertajuk “Community Based Resource Management: Revitalisasi Pengelolaan Sumber Mata Air untuk Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”.
Tahapan awal yang dilakukan dalam persiapan program adalah dengan melakukan sosialisasi program, yakni dengan melakukan pendekatan dan memberi pemahaman tentang kegiatan kepada masyarakat di Kampung Pasar Rebo RW 08, Desa Cihideung Udik.
Sosialisasi bertujuan untuk mempertemukan titik permasalahan yang akan ditanggulangi dan solusi bagi masyarakat desa tersebut terkait kegiatan yang akan dilakukan. Termasuk di dalamnya ancaman dari pemakaian air yang kotor untuk keperluan rumah tangga, pengajaran sanitasi yang baik di rumah tangga, pengenalan air yang bersih dan sehat serta perawatan dan penyimpanan
air.
Tahap selanjutnya yaitu penyuluhan tentang pengelolaan sumber mata air yang baik melalui pola community based resources management. Penyuluhan juga menyampaikan tentang pentingnya peranan masyarakat melalui gotong-royong guna menjaga kelestarian mata air dan pengelolaan Sungai Cihideung dan lingkungan daerah tersebut.
Selama proses penyuluhan berlangsung dibuka forum diskusi masyarakat dalam bentuk Forum Group Disscusion dengan pembagian menjadi tiga grup diskusi yakni grup diskusi untuk para ibu rumah tangga, para kepala rumah tangga dan para pemuda.
Di samping kegiatan penyuluhan dan sosialisasi diadakan juga musyawarah dalam hal pemakaian prasarana air bersih yang sesuai kebutuhan, kondisi, dan ketersediaan dana. Tahapan awal ini juga dilakukan dalam bentuk penyebaran poster dan pemasangan spanduk yang berisikan informasi tentang pentingnya pengelolaan air bersih.
Tahap Implementasi Program Pada bulan kedua, kegiatan sudah memasuki tahap kedua dimana diadakan gotong-royong pembersihan lingkungan kawasan pinggir sungai di sepanjang kawasan RW 08. Pembuatan dan perbaikan wadah penampungan air dilakukan pada bulan yang sama dengan target penyelesaian selama tiga minggu.
Pada akhir bulan kedua sudah dihasilkan sarana penampungan mata air yang permanen dan siap pakai serta saluran pipa distribusi air yang baik. Pembuatan tempat penampungan sumber air dilakukan dengan swadaya masyarakat imana masyarakat terlibat secara langsung dalam hal pembuatan dan perawatan fasilitas yang telah diperbaiki. Kemudian air bersih dialirkan dari sumber mata air menggunakan pipaparalon, ditampung pada wadah penampungan dan dialirkan menuju fasilitas kamar mandi umum.