REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diberlakukannya pasar bebas ASEAN (MEA) memaksa sejumlah universitas berbenah diri. Salah satunya adalah upaya membenahi kurikulum guna meningkatkan daya saing kampus dalam menjaring mahasiswa baru dan menyiapkan lulusan siap pakai.
Seperti Universitas Jayabaya yang menyatakan kesiapannya dalam menghadapi MEA dengan cara memperkuat kurikulum pengajaran yang mereka miliki. "Akan ada beberapa penyesuaian di sisi kurikulum. Ini bertujuan agar lebih aplikatif saat memasuki MEA," ujar Rektor Universitas Jayabaya, Prof. H. Amir Santoso, M.Soc, Sc, Phd.
Pembenahan yang dimaksud termasuk pembahasan khusus terkait budaya ASEAN. Pembahasan itu akan dimasukkan ke dalam mata kuliah sosiologi. Tujuannya agar para mahasiswa dapat mengenal lebih dekat budaya negara ASEAN. Selain itu juga penambahan materi terkait penguatan bahasa asing.
Apabila sebelumnya hanya ada pengajaran bahasa Inggris, nanti akan ada pengajaran bahasa lainnya seperti China. "Kalau ini sifatnya tergantung kehendak mahasiswa, kalau mereka ingin akan kita sediakan," katanya.
Untuk peningkatan kapasitas dosen juga tak dilupakan. Akan ada pengiriman dosen ke luar negeri untuk mengikuti short course. "Harapannya paradigma mereka akan semakin berkembang," jelasnya.
Ketua Yayasan Jayabaya Prof. Hj. Yuyun Moeslim Taher, SH di sela dies natalis ke 57 Universitas Jayabaya Kamis (8/10) menyebutkan dinamika masyarakat saat ini berjalan sangat pesat. Sehingga institusi pendidikan harus responsif dalam menyikapi dengan melakukan inovasi secara terus menerus.
"Kuncinya menata sistem, sumberdaya pendidikan, relevansi dan produktifitas. Dari sini kami ingin menjadi perguruan tinggi yang siap dalam menghadapi arus persaingan global," tegas Yuyun.