REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perkembangan dunia asuransi di Indonesia cukup bagus. Namun hal ini tidak diimbangi dengan kesediaan tenaga aktuaris dibidaang asuransi ini.
Ketua Persatuan Aktuaris Indonesia, Riyanto Ahmadi mengatakan, jumlah tenaga aktuaris di Indonesia masih jauh dari ideal. Saat ini kata dia, di Indonesia baru terdapat sekitar 400 tenaga aktuaris. Padahal kata dia, kebutuhan akan tenaga ini di Indonesa minimal ada 1.000 orang.
"Itu kebutuhan minimal. Karenanya dibutuhkan sumber daya manusia yang cukup banyak dibidang ini," ujarnya di Yogyakarta, Kamis (17/12).
Melihat kondisi ini, kata dia, pihaknya melakukan kerjasama dengan beberapa pihak untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia di bidang aktuaris tersebut. Salah satunya adalah kerjasama dengan perguruan tinggi untuk untuk memasukkan ilmu aktuaris dalam mata kuliahnya.
Aktuaris sendiri adalah ahli matematika dalam perusahaan asuransi yang menghitung-hitung risiko, premi, cadangan, dan dividen. "Melalui langkah ini ita berharap kebutuhan tenaga aktuaris ini bisa terpenuhi dengan baik," ujarnya.
Kerjasama terkait hal itu salah satunya dilakukan dengan Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM). Deputi Direktur Asuransi Jasa Indonesia, Nastiti Evia mengatakan, mengembangkan industri asuransi di Indonesia salah satunya terkendala sumber daya manusia berupa ahli aktuaris ini. Dia berharap melalui kerjasama dengan Fakutas MIPA UGM hal ini akan cepat tertangani.
Menurutnya, di dunia asuransi peran sangat dibutuhkan untuk pengembangan perusahaan. Idealnya dalam satu perusahaan asuransi ada 18 aktuaris dari berbagai tingkatan.
"Kebutuhan itu saat ini belum terpenuhi karenanya melalui kerjasama ini mudah-mudahan ahli aktuaris ke depan terus bermunculan," katanya.