REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Sebanyak 669 lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang mengikuti prosesi wisuda ke-114 bulan September ini meraih predikat lulus dengan pujian (cum laude). Total sebanyak 3.774 wisudawan yang akan mengikuti prosesi wisuda dari jenjang D3, S2, S2 dan S3.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Heru Setyawan, mengatakan wisuda periode September ini dibagi menjadi empat kloter. Sebab, jumlah wisudawan yang mencapai ribuan orang tidak dapat tertampung semuanya di Graha ITS jika dilaksakan satu hari. Prosesi wisuda ke-114 akan dilaksanakan pada 17,18,24 dan 25 September 2016.
Dari jumlah 3.774 wisudawan tersebut, sebanyak 586 orang berasal dari jalur Bidikmisi. Di antaranya, sebanyak 41 orang dari jalur Bidikmisi meraih gelar cumlaude.
“Ada yang IPK tertinggi 3,89 dari jurusan D3 Teknik Kimia. Wisudawan tertua usia 59 tahun dan termuda usia 19 tahun. Ada juga mahasiswa asing tujuh orang, dari Polandia, Timor Leste, Myanmar, Sudan, Kanada dan Mozambiq,” kata Heru kepada wartawan di gedung Rektorat ITS, Kamis (13/9).
IPK tertinggi tersebut diraih oleh Cicik Khairun Nisa dari jurusan D3 Teknik Kimia, serta Mohammad Irwan Fatkhur Rozy dari S1 Teknik Kimia dengan IPK 3,77. Dua wisudawan peraih Bidikmisi ini memang berasal dari keluarga kurang mampu.
“Terlepas dari beban ekonomi dan pendidikan, ini membuktikan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi masih bisa mempertanggungjawabkan beasiswanya,” imbuh Heru.
Cicik merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ayahnya seorang guru di salah satu SMA swasta di Jombang, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Sejak awal kuliah, Cicik melakoni kegiatan sampingan sebagai guru les privat dan berjualan pulsa.
Keterbatasan finansial tidak membuat Cicik berhenti belajar. Ia melanjutkan studinya dan telah diterima lintas jalur S1 Teknik Kimia ITS. Namun, kali ini ia tidak memperoleh beasiswa Bidikmisi. “Saya masih jualan pulsa dan reseller makanan. Usaha ini sedikit meringankan saya dan orangtua,” ujar Cicik.
Sementara Irwan juga berasal dari keluarga kurang mampu. Ayahnya seorang kuli angkut di tempat penimbunan kayu di daerah Nganjuk. Sedangkan ibunya seorang buruh tani. Kondisi justru makin memicu mantan Ketua Tim Spektronics X ITS ini untuk terus berprestasi.
Irwan bergabung dengan Tim Spektronics X ITS pada 2014. Tim inilah yang sempat membawanya melanglang ke Australia untuk mengikuti perlombaan internasional. Usahanya bersama tim mampu meraih juara ketiga di ajang rancang mobil dengan reaksi kimia tersebut.
Prestasi Irwan di bidang akademik membawanya meraih beasiswa S2 di Universitas Hiroshima, Jepang. Irwan mendapatkan beasiswa Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT) dari pemerintah Jepang atas rekomendasi dosennya. “Tepat satu minggu setelah wisuda, saya akan berangkat ke Jepang untuk program S2 Teknik Kimia saya,” ujarnya.