REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tidak seperti biasanya, tahun ini Kementerian Riset dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) di Yogyakarta. Keputusan ini, menurut Menteri Ristekdikti, M Nasir diambil bukan tanpa alasan.
"Tujuannya untuk memperkenalkan pada publik bahwa Kemenristekdikti menyatu dengan Perguruan Tinggi di mana-mana. Maka itu tahun ini kami selenggarakan di Yogyakarta atas kerja sama dengan UGM, UNY, ISI, dan UPN" katanya saat ditemui pada Rakornas Kemenristekdikti di Graha Sabha UGM, Senin (30/1).
Nasir mengatakan, pada dasarnya Rakornas membahan mengenai evaluasi kinerja tahun lalu, rencana taun depan, serta inovasi apa saja yang akan dihasilkan perguruan tinggi. Namun begitu, melalui pembahasan tersebut, ada dua sasaran utama yang hendak akan dicapai.
Pertama, bagaimana menciptakan daya saing sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Di mana lulusan perguruan tinggi memiliki keterampilan yang sesuai dengan kompetensinya. Kedua, peningkatan inovasi perguruan tinggi melalui publikasi karya ilmiah.
Untuk mencapai dua sasaran tersebut, tahun ini Kemenristekdikti melakukan beberapa program yang belum dilaksanakan sebelumnya. Di antaranya menyediakan dana Rp 8,6 triliun untuk merevitalisasi fasilitas perguruan tinggi yang mangkrak.
"Selain itu, sekarang kami juga meningkatkan kuota Bidikmisi. Dari awalnya 60 ribu menjadi 70 ribu mahasiswa," kata Nasir. Menurutnya, tunjangan hidup beasiswa Bidikmisi juga naik, dari Rp 600 menjadi Rp 650 ribu.
Pada 2017, Kemenristekdikti juga akan mendukung pendidikan bagi Blok Masela. Hal ini dilakukan untuk menunjang perkembangan riset di kawasan tersebut. Tidak hanya itu, jaringan dan kerjasama lintas perguruan tinggi juga akan ditingkatkan untuk mengembangkan kualitasa pendidikan tinggi di dalam negeri.