Rabu 19 Jul 2017 11:18 WIB

Perangkap Keong Mahasiswa IPB Berhasil Jadi Inovasi Terbaik

Seorang petani sedang mencari keong pengganggu untuk kemudian dibuang dari sawahnya di pinggir jalan Ciawitali, kelurahan Citeureup, Cimahi Utara, Rabu (27/1).
Foto: Republika/Acong Mukhtar
Seorang petani sedang mencari keong pengganggu untuk kemudian dibuang dari sawahnya di pinggir jalan Ciawitali, kelurahan Citeureup, Cimahi Utara, Rabu (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) meraih gelar Inovasi Terbaik dalam Forum Inovasi & Teknologi (FIT) dan Konferensi Nasional Inovasi dan Technopreneurship (KNIT) akhir tahun lalu. Konferensi dan pameran tahunan tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Inotek dan didukung penuh oleh The Lemelson Foundation yang berbasis di Portland, Oregon, Amerika Serikat.

Salah satu kompetisi yang diadakan di gedung IPB International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, itu adalah  Kompetisi Karya Ilmiah Mahasiswa dengan tema utama “Scalable Impact"

.

Siaran pers IPB yang diterima Republika.co.id, Selasa (18/7) menyebutkan, tim mahasiswa IPN terdiri dari dua orang mahasiswa dari Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) yaitu M Ari Purnama Adji dan Amir Machmud. Keduanya  menggagas ide perangkap hama keong untuk persawahan padi di Indonesia. Gagasan alat pengusir hama keong memang dibutuhkan oleh petani.

Ari Purnama Aji mengemukakan, populasi keong sawah yang melimpah tentunya akan membuat proses produksi padi sawah tidak optimal. Hama ini dapat memakan tanaman-tanaman padi muda sehingga tanaman tersebut tidak menghasilkan bulir padi seperti normalnya apabila tidak dikendalikan.

Belum lagi reproduksi keong terbilang masif karena satu ekor induk keong bisa menghasilkan telur sebanyak tiga ratus keong sawah. “Petani mengatasi masalah tersebut masih dengan mengambilnya secara manual dengan tangan. Namun,  tentunya kurang efektif,” ujar Ari.

Ia menyebutkan, alat perangkap keong  ini dipabrikasi di laboratorium manufacturing, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB), Fateta IPB. Proses pembuatan alat memakan waktu satu minggu. Alat tersebut dipamerkan dalam forum dan mendapat perhatian dari para partisipan yang datang.

“Kompetisi ini dapat membuka wawasan saya mengenai teknologi tepat guna” ujar Ari. Ia mengaku, berinovasi dan bermanfaat bagi orang lain khususnya petani, itulah yang menjadi semangatnya dan tim sehingga mengantar mereka mendapat inovasi terbaik.

Ari menjelaskan, lomba inovasi ini memiliki beberapa tahap pelaksanaan mulai dari seleksi desain rancangan alur hingga final. Selama babak final, M Ari Purnama Adji dan tim berkompetisi melawan sembilan finalis lainnya dari berbagai perguruan tinggi. Adapun penilaian yang dihadapi berupa presentasi dan pameran alat teknologi mereka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement