REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, akan kembali mengikuti kompetisi mobil ramah lingkungan internasional Shell Eco Marathon (SEM) Asia di Changi Exhibition Centre, Singapura, pada 8-11 Maret 2018. Pada ajang tersebut, ITS menurunkan dua mobil hemat energi andalannya, yaitu Nogogeni V dan Sapuangin XI Evo 2.
Rektor ITS Joni Hermana pun secara resmi meluncurkan kedua tim mobil tersebut di Gedung Rektorat ITS, Senin (12/2). Kedua mobil tersebut rencananya akan lebih dulu dikirimkan ke Singapura melalui jalur laut pada 15 Februari mendatang.
"Sedangkan anggota tim akan bertolak ke Singapura pada awal Maret," kata Joni, saat menggelar peluncuran.
Joni pun mengaku optimistis kedua mobil andalannya tersebut dapat membawa pulang gelar juara. Melihat kegigihan kedua tim dan prestasi yang telah diukir baik di tingkat nasional maupun internasional, ia yakin hasilnya akan memuaskan.
Joni kemudian menjelaskan, SEM Asia merupakan kompetisi mobil ramah lingkungan karya mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Asia yang digelar setiap tahunnya. Dalam kompetisi kali ini, Tim Sapuangin ITS mengirimkan satu mobil di kelas Urban Gasoline kategori internal combustion engine (ICE).
Sedangkan Tim Nogogeni ITS mengirim satu mobil di kelas Urban Electric kategori battery electric. Salah satu anggota divisi Engine and Drivetrain Tim Sapuangin ITS, Faizal Ibrahim, mengatakan dalam proses pengerjaan mobil ini, tim sempat mengalami beberapa kesulitan. Salah satunya, saat tim Sapuangin harus memutar otak untuk merakit kembali mesinnya.
"Kami menggunakan mesin seperti saat KMHE (Kontes Mobil Hemat Energi) 2017 yakni engine beat pada kategori mobil hybrid. Namun sayang kalau dilepas, jadi kami rakit ulang dengan memanfaatkan mesin-mesin bekas kondisi bagus," kata mahasiswa Departemen Teknik Mesin angkatan 2014 ini.
General Manager Nogogeni ITS, Muhammad Adietya, mengakui hal serupa. Seluruh tim, menurutnya harus bekerja lebih keras karena adanya perubahan pada desain body.
"Kali ini desain body Nogogeni berbentuk seperti setetes air dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi. Untuk mewujudkannya, kami juga bekerja sama dengan departemen Desain Produk Industri," kata Adietya.
Meski demikian, kedua tim menyatakan telah mencapai target yang diinginkan dalam ujicoba yang dilakukan menjelang lomba kali ini. Tim Sapuangin contohnya, pencapaiannya telah melewati rekor yang dicapai saat menjadi juara KMHE 2017, yaitu 405 kilometer per liter dan mendekati rekor dunia 500 kilometer per liter.
"Sedangkan mobil Tim Nogogeni yang bakal berlaga di kelas urban electric sudah mampu mencapai kecepatan mendekati angka 33 kilometer per jam," kata Adietya.