REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar parade dan pameran kendaraan-kendaraan listrik yang merupakan karya-karya mahasiswa. Ini merupakan bentuk komitmen dalam mengembangkan kendaraan masa depan yang ramah lingkungan.
Koordinator Parade dan Pameran, Yano Surya Pradana mengatakan, ini sekaligus bagian dari rangkaian Hari Pendidikan Tinggi Teknik ke-72. Parade dan pameran diikuti seluruh unit kendaraan listrik yang sedang dikembangkan Fakultas Teknik UGM.
"Yaitu, empat mobil listrik (Semar 1, Semar 2, ICA, dan Arjuna), satu sepeda motor listrik, satu becak listrik dan satu sepeda listrik," kata Yano kepada Republika, Ahad (18/2).
Selain itu, beberapa unit berasal dari komunitas kendaraan listrik DIY, yang ikut antusias memeriahkan kegiatan ini. Ada becak listrik keluarga (Belika), becak listrik kopi (Beliko) dan sepeda-sepeda listrik.
Parade dibuka Rektor UGM, Panut Mulyono, dan Dekan Fakultas Teknik UGM, Nizam, di Bundaran UGM. Rute melewati Jalan Simanjuntak, Sudirman, Tugu, Mangkubumi, Malioboro, nol kilometer, Penembahan, Mataram, Abu Bakar Ali, Stadion Kridosono, Suroto, Jalan Cik Di Tiro, dan Bundaran UGM.
Tim kendaraan listrik akan bertemu tim sepeda bluxpit dari Bukit Cinta Bayar, kemudian meneruskan parade dengan rute Kompleks GSP, Kantor Pusat UGM dan berakhir di Fakultas Teknik UGM untuk pameran.
Pameran di Kantor Pusat Fakultas Teknik bersamaan dengan pameran Technoday untuk siswa SMA . Setelah mengenalkan kendaraan listrik kepada masyarakat melalui parade, pameran digelar untuk mengenalkan kendaraan listrik kepada siswa SMA.
"Dari keseluruhan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dukungan dan semangat dalam mengembangkan kendaraan listrik sebagai produk asli dalam negeri Indonesia," kata Yano.
Rektor UGM, Panut Mulyono menilai, penemuan-penemuan kendaraan listrik mahasiswa UGM berperan penting mencapai tujuan pengurangan polusi. Jadi, walau tetap ada polusi, bisa tersiolir hanya di pembangkit listrik tersebut.
"Syukur-syukur, listriknya dibangkitkan dari sumber-sumber terbarukan seperti solar, angin dan lain-lain, sehingga jika kendaraan listrik itu mengeluarkan gas rumah kaca seperti CO2 atau Knox, akan lebih ebrsih dari pencemaran udara," kata Panut.
Selain itu, ia mengingatkan, peningkatan konsumsi BBM paling besar merupakan transportasi yang tentu peningkatan polusinya semakin besar. Sehingga, peralihan ke kendaraan listri bisa mengurangi atau mengkonservasi konsumsi energi fosil.
"Kita bisa irit penggunaan minyak, gas dan batu bara, terutama minyak, sehingga penggunaan minyak bisa dihemat," ujar Panut.