Rabu 09 May 2018 08:37 WIB

Perguruan Tinggi Diminta Tingkatkan Kualitas Lulusan Dokter

Persebaran dokter Indonesia belum merata

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Dokter
Dokter

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Badan Pendidikan Kedokteran untuk Regional Asia Tenggara dan Mediterania Timur tengah membahas peningkatan kualitas tenaga dokter dan tenaga kesehatan yang dihasilkan perguruan tinggi. Terutama, melalui peningkatan peran lembaga akreditasi yang diawasi World Federation for Medical Ecucation (WFME).

Itu mengemuka dalam seminar internasional 5t South East Asia Regional Association of Medical Education (Searame). Kegiatan itu berlangsung 7-8 Mei 2018 di Sheraton Hotel Yogyakarta.

Konferensi diprakarsai Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM. Selain Indonesia, seminar dihadiri sebanyak 22 pembicara perwakilan badan pendidikan kedokteran Eropa, Asia Tenggara dan Mediterania Timur. 30 peserta lain merupakan pengelola pendidikan Malaysia, Yunani, India, Bangladesh, Srilangka, Myanmar dan Timor Leste.

President Searame Indonesia, Titi Savitri mengatakan, konferensi sepakat meningkatkan kualitas pendidikan profesi kesehatan. Ia menilai, setiap negara harus memiliki lembaga akreditasi yang terpisah dari pemerintah, dengan pengawasan dilakukan WFME.

"WFME, memiliki program rekognisi yang akan melakukan penilaian terhadap institusi pendidikan kedokteran. Hal itu dilakukan untuk memperkuat lembaga akreditasi di setiap negara," kata Titi, Senin (7/5).

Langkah memperkuat lembaga akreditasi nonpemerintah ini dirasa akan mendorong makin baiknya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran untuk pendidikan dokter dan tenaga kesehatan. Tentunya, lanjut Titi, sesuai standar yang diinginkan.

"Kita ingin memperkuat jaminan lulusan dokternya dan mutu pendidikan sesuai dengan standar yang ditentukan, sehingga lulusan yang dihasilkan lebih kompeten," ujar Titi.

Indonesia sendiri miliki lembaga akreditasi yang bernama Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Indonesia sejak 2014 lalu. Lembaga ini terus diperkuat untuk meningkatkan proses penilaian akreditasi di perguruan tinggi.

Terkait jumlah dokter dan tenaga kesehatan yang masih kekurangan, President WFME, David Gordon menilai, masalah itu dialami banyak negara. Namun, ada juga negara yang mengalami kelebihan tenaga dokter, tapi kompetensinya dianggap belum berkualitas.

"Ada negara-negara Amerika yang kelebihan, namun kualitas kesehatan masyarakatnya tidak sebagus di tempat lain," kata Gordon.

Untuk Indonesia, jumlah dokter dirasa sudah lebih dari cukup jika dilihat dari jumlah lulusan yang dihasilkan pendidikan tinggi setiap tahun. Masalahnya ada di persebaran yang sampai hari ini belum merata.

Distribusi dokter dan tenaga kesehatan banyak menumpuk di kota-kota besar, tapi di daerah-daerah luar Jawa apalagi terpencil masih sangat kekurangan. Bahkan, ada 1.700 puskesmas yang tidak memiliki dokter.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement