Rabu 24 Oct 2018 17:42 WIB

SNMPTN Berbasis Akreditasi Tetap Diklaim Efektif

Alasannya, sekolah terakreditasi bagus dipastikan menghasilkan lulusan unggul.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Ratna Puspita
Siswa SMA. Ilustrasi
Foto: Republika
Siswa SMA. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) tetap mengklaim Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan berbasis akreditasi sekolah merupakan pola seleksi yang efektif. Alasannya, sekolah yang terakreditasi bagus dipastikan menghasilkan lulusan yang unggul.

"Ya, memang, menurut saya, sekolah yang terakreditasi bagus tentu berbeda dengan yang akreditasi rendah atau bahkan sama sekali tak terakreditasi. Lagipula kami juga mengacu pada penilaian akreditasi  Kemendikbud," kata Ketua LTMPT Prof Ravik Karsidi saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (24/10).

Ravik menyampaikan, adanya perbedaan kuota SNMPTN berdasar akreditasi juga seharusnya menjadi pemicu bagi sekolah yang terakreditasi rendah untuk meningkatkan kualitas. Dengan demikian, ia berharap, semakin banyak sekolah yang terakreditasi bagus.

Selain mempertimbangkan akreditasi sekolah, Ravik menjelaskan, panitia juga melihat prestasi dan potensi akademik siswa. Karena itu, dia pun mendorong pihak sekolah untuk mengisi prestasi siswa secara lengkap dalam Pangkalan Data Siswa dan Sekolah (PDSS).

"Yang utama itu nilai rapotnya, rata-rata rapot siswa dari kelas 1 hingga kelas 3. Ada juga data prestasi penunjang lainnya jika menang olimpiade, lomba dan lain-lain," kata Ravik.

Sebelumnya, pengamat pendidikan sekaligus Direktur Utama PT Eduspec Indonesia Indra Charismiadji menilai penyelenggaraan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang masih berbasis akreditasi sekolah mesti dievaluasi. Seharusnya, ia mengatakan, seleksi tidak ditekankan pada akreditasi sekolah, melainkan pada prestasi, kompetensi, dan kreativitas siswa.

"Yang mau kuliah itu anak apa sekolah? Kan aneh kalau yang dipakai (acuan) akreditasi sekolah. Apa sudah pasti tidak ada anak berbakat atau cerdas di sekolah dengan akreditasi rendah?" kata Indra. 

Dia menekankan, pada era digital seperti sekarang, nilai akademik semestinya tidak lagi diagung-agungkan. Menurut dia, selama ini penilaian guru terhadap siswa pun cenderung tidak konsisten. 

Kuota Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) tahun 2019 dikurangi dari yang awalnya minimal 30 persen menjadi minimal 20 persen dari daya tampung keseluruhan PTN. Panitia juga telah menetapkan sekolah terakreditasi A boleh mendaftarkan 40 persen siswa terbaiknya melalui SNMPTN. 

Lalu, sekolah yang terakreditasi B boleh mendaftarkan 30 persen siswa terbaiknya. Sekolah terakreditasi C hanya bisa mendaftarkan lima persen siswa terbaiknya pada SNMPTN tahun 2019.

SNMPTN merupakan seleksi penerimaan mahasiswa baru berdasar pada Pangkalan Data Siswa dan Sekolah (PDSS) yang berisi rekam jejak kinerja sekolah dan prestasi akademik siswa yang dijadikan sumber utama data SNMPTN.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement