REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Generasi muda Indonesia saat ini berkembang dan tumbuh di era persaingan global. Pada era revolusi industri 4.0, diharapkan mahasiswa memiliki inovasi dan kreativitas sehingga memberikan kontribusindan produktivitas nyata untuk pembangunan di Indonesia.
Terkait hal tersebut, Direktorat Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggelar kegiatan Persamaan Persepsi dalam rangka penilaian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di Semarang, Jawa Tengah, 19-20 Januari 2019.
Direktur Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Didin Wahidin menegaskan, mahasiswa harus terus menjadi pembelajar sejati dan mengembangkan kreativitas sebagai wujud pemanfaatan pola pikirnya.
“Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2019 tembus di atas 45.000 proposal,” kata Didin Wahidin dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (20/1).
Tahapan selanjutnya, Direktorat Kemahasiswaan menyiapkan reviewer untuk melakukan review proposal. “Kegiatan persamaan persepsi dilakukan untuk reviewer PKM tahun 2019 yang pada tahap awal berjumlah 100 dosen dari Aceh sampai ke Papua,” ujarnya.
Nara sumber kegiatan di antaranya Kasubdit Penalaran dan Kreativitas, Misbah Fikrianto; Prof Sundani Nurono dari ITB; Prof Roony dari IPB; Bandung AS dari ITS, dan lainnya.
“Sebagai wujud dari implementasi revolusi industri 4.0, Program Kreativitas Mahasiswa sudah berbasis website dari mulai upload proposal, evaluasi daring, monitoring dan evaluasi, sampai kepada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional,” papar Didin Wahidin.
Salah satu nara sumber, Prof Sundani mengatakan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didorong untuk terus menghasilkan karya, artikel, dan gagasan konstruktif untuk bangsa dan negara.
Ia mengungkapkan, Program Kreativitas Mahasiswa mulai tahun 2019 terdapat skema baru, yaitu Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Futuristik Konstruktif (GFK) yang berbasis media video.
“Besar harapan kami, Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2019 dapat lebih inovatif, kreatif, dan berjalan lancar,” tuturnya.