Rabu 26 Jun 2019 18:47 WIB

Beras Analog Karya Mahasiswa UB Raih Kemenangan di Korea

Greenola, beras analog diyakini mampu melawan malnutrisi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) berhasil meraih prestasi gemilang di Korean International Woman Invention and Expotition (KIWIE) 2019, baru-baru ini.
Foto: Dok Humas UB
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) berhasil meraih prestasi gemilang di Korean International Woman Invention and Expotition (KIWIE) 2019, baru-baru ini.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) berhasil meraih prestasi gemilang di ajang internasional. Raihan medali emas, perak dan perunggu di bidang pangan, teknologi pertanian serta energi ini diperoleh pada even Korean International Woman Infention and Expotition (KIWIE) 2019, baru-baru ini.

Zelviana Putri,  Faudina Nurin Nisa,  Nanda Triachdiani, Maharani Dewi Utami serta Nur Aisya Indiani dari FTP UB berhasil memukau dewan juri yang terdiri para ilmuwan dan praktisi industri Korea dan Singapura. Mereka sukses meraih medali emas atas karyanya yang berjudul Greenola (Green Rice Analog).

Baca Juga

Zelviana Putri menjelaskan, Greenola merupakan beras analog tapioka, tepung sorghum dan ekstrak daun kelor yang ampuh melawan malnutrisi. Lebih detail, tapiokanya memiliki kandungan 94,74 persen karbohidrat. Lalu 1,63 persen lemak, 1,71 persen protein serta 17,338 persen air.

Sementara tepung sorghum, kandungan karbohidratnya sebesar 79,08 persen dengan lemak 5,27 persen. Kemudian juga mengandung protein sekitar 13,51persen serta 9,94 persen air. Adapun ekstrak daun kelor mengandung 27,1 gram protein dan 1.324 miligram potassium. Selanjutnya, 2.003 miligram kalsium serta 28,2 gram zat besi.

Menurut Zelviana, kombinasi tapioka, tepung sorghum dan ekstrak daun kelor memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan ini akan menghasilkan beras dengan nutrisi yang lebih tinggi dibanding konvensional. "Dengan demikian, beras ini dikenal ampuh melawan malnutrisi," katanya melalui pesan tertulis yang diterima wartawan, Rabu (26/6).

Tidak hanya raih emas, kelima mahasiswa FTP UB ini juga berhasil meraih medali perak KIWIE 2019 atas penelitiannya mereka yang berjudul "STRIBER, Sansevieria trifasciata bio air filter  and freshner". Penelitian ini  mengoptimalkan lidah buaya sebagai penyegar udara sekaligus aroma terapi.

Berdasarkan penelitian, kandungan Pregan glycoside pada daun lidah buaya mampu mengurai racun menjadi asam organik serta asam amino lainnya. Karena kemampuan ini, daun lidah dapat digunakan sebagai aroma terapi berkhasiat. Selain menyegarkan udara juga bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Selain prestasi tersebut, Zelviana Putri dan tim juga berhasil meraih medali perunggu KIWIE 2019 atas inovasinya yang berjudul Nony Pouch, biopesticide pouch with mahogany leaves extract and activated carbon." Inovasi ini menggunakan karung beras  yang dibentuk sedemikan rupa seperti kantong teh celup. "Tujuannya, untuk menghalau hama beras (Sithopillus oryzae)," kata dia.

KIWIE 2019 merupakan ajang internasional yang dilaksanakan oleh Korean Intellectual Property Office (KIPO) dan Korean Womens Inventors Association (KWIA). Acara ini didukung oleh lembaga pemerintahan di negara tersebut. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement