REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Tim Bengawan Unmanned Vihecle (UV) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengirimkan enam tim untuk mengikuti kompetisi Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) dan Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN). Acara ini digelar Kemenristekdikti di Malang dan Pasuruan pada Oktober 2019. Tim Bengawan UV mengikuti masing-masing tiga kategori dalam KRTI dan tiga kategori dalam KKCTBN.
General Manager Tim Bengawan UV UNS, Billy Yansa Latief Imama, menjelaskan, kategori yang diikuti dalam KRTI yakni Fixed Wing, Racing Plane, serta Vertical Take-Off Landing.
Dalam kategori Fixed Wing, robot bertugas melakukan pemetaan dan memonitor misalnya suatu perkebunan, lahan atau pertambangan. Kemudian, dalam kategori Racing Plane, robot akan beradu kecepatan dengan peserta lain. Sedangkan dalam kategori Vertical Take-Off Landing robot bertugas mengambil dan meletakkan barang sesuai lokasi yang ditentukan secara otomatis melalui program dari komputer.
Sementara kategori yang diikuti untuk KKCTBN, yakni Electric Boat, Gasoline Boat, serta Fuel Autonomous Boat. Dalam kategori Electric Boat dan Gasoline Boat, kapal akan beradu kecepatan dengan peserta lain. Sedangkan dalam kategori Autonomous Boat, kapal akan menentukan jalur berdasarkan jumlah spektrum warna yang dihasilkan bisa mengikuti lintasan yg dilalui.
"Target kami bisa juara. Karena kami melakukan perbaikan-perbaikan dari tahun lalu, seperti di bidang manufaktur dan programming," kata Billy kepada wartawan seusai acara pelepasan tim untuk mengikuti lomba di Gedung Kantor Pusat UNS, Jumat (27/9).
Menurutnya, yang menjadi fokus tim, misi harus dilakukan semua secara benar kemudian dikejar kecepatan tertinggi masing-masing wahana. Untuk mencapai target tersebut, tim melakukan pengurangan berat dari wahana yang awalnya 3 kilogram diturunkan menjadi 2,5 kilogram. Selain itu, penambahan kapasitas mesin pada kapal cepat tak berawak sehingga semakin enteng makin cepat.
Billy menambahkan, khusus untuk pesawat yang mengikuti kategori Vertical Take-Off Landing, jarak paling jauh yang bisa ditempuh mencapai 200-250 meter. Namun, dengan antisipasi penambahan booster bisa sampai 1 kilometer. Waktu terbang juga lebih baik dibandingkan tahun lalu yang semula 15-20 menit menjadi lebih dari 30 menit.
"Yang Vertical Take-Off Landing ini tema kontes droping obat-obatan bisa vaksin, betadin, kain kasa, dan lainnya, ini cocok untuk penanganan bencana," ujar mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS tersebut.
Sementara kapal cepat tak berawak sudah dilakukan beberapa kali pengujian. Dalam tiga pekan terakhir, grafiknya mengalami pencapaian terbaik yakni dalam jarak 50 meter bisa dicapaindalam 12-13 detik. Durasi berlayar untuk kapal gasoline menggunakan bensin, sedangkan kapal elektrik menggunakan baterai 6 cell bisa berlayar sekitar 15-20 menit.
"Untuk enam wahan ini armada baru semua karena setiap tahun ada perbaikan di bidang body sama domensi pesawat dan kapal. Kami mencari aero dinamika terbaik," imbuhnya.