Selasa 03 Dec 2019 16:05 WIB

Menristek Sebut tak Semua Prodi Dapat Terapkan Sistem Daring

Ada sejumlah prodi yang harus datang ke kampus untuk mempelajarinya secara langsung.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Ratna Puspita
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro bersama peneliti yang tergabung dalam Ikatan Alumni Riset Pro (IASPro), di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Selasa (3/12).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro bersama peneliti yang tergabung dalam Ikatan Alumni Riset Pro (IASPro), di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Selasa (3/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan tak semua prodi harus menjalankan sistem daring. Sebab, ada hal yang menurutnya tak diperoleh mahasiswa lewat sistem daring.

"Ada satu aspek yang tidak didapatkan di interaksi digital, maupum membaca literatur, yaitu akademic environment atau akademic and research environment," ujar Bambang di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Selasa (3/12).

Baca Juga

Menurutnya, ada sejumlah studi yang harus datang ke kampus untuk mempelajarinya secara langsung. Dengan demikian, seorang mahasiswa akan mendapatkan pengalaman belajar, serta trial and error dalam proses belajarnya.

"Itu enggak bisa kita lihat dari buku, enggak bisa kita baca lewat Google, dari Youtube. Apapun caranya untuk menyampaikan akademic environment tidak bisa kita serap kalau tidak dialami sendiri," ujar Bambang.

Namun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendorong agar perguruan tinggi di Indonesia segera menerapkan sistem program studi (prodi) daring. Dengan demikian, mahasiswa tetap dapat belajar tanpa perlu datang ke kampus.

Bambang tetap mendukung adanya sistem daring dalam proses belajar-mengajar. Sebab, hal tersebut juga merupakan upaya untuk beradaptasi dengan zaman, yang saat ini membutuhkan kecepatan.

"Dengan akses internet yang bagus, dengan makin banyaknya sharing knowledge dari berbagai pihak, dan online course yang ada di berbagai universitas," ujar Bambang.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kemendikbud Ali Ghufron Mukti mengungkapkan ada sejumlah hal yang dapat menghambat sistem prodi daring ini. Salah satunya adalah sumber daya manusianya, baik dari si pengajar atau mahasiswanya.

"Dosennya juga harus siap, perguruan tingginya harus siap, pemiliknya harus siap, kan perlu investasi juga. Saat ini belum banyak yang mengantisipasi," ujar Ghufron.

Ia meminta pengelola perguruan tinggi untuk secara bertahap menerapkan sistem daring dalam proses belajar. Sebab, itu merupakan salah satu upaya untuk beradaptasi dengan kemajuan zaman.

“Saya berharap semakin banyak perguruan tinggi di Tanah Air dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ujar Ghufron.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement