REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Sebanyak 95 orang pengrajin kain tapis Lampung mengikuti pelatihan Business Model Canvas (BMC) dan perpajakan. Pelatihan ini merupakan kerja sama UI dengan Dinas Koperasi dan UMKM Lampung serta KPP Pratama Kedaton.
Dosen Administrasi Niaga UI, Nurul Safitri mengatakan pelatihan tersebut digelar untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh perajin kain tapis saat ini. Ia menjelaskan BMC dipilih karena proses bisnis UMKM Tapis perlu diperbaiki agar daya saing pengrajin bisa meningkat, bahkan bisa bersaing di pasar global.
BMC sendiri adalah model dalam bentuk bagan yang menjelaskan proses bisnis suatu usaha. BMC punya 9 blok yang terdiri dari key partners, key activities, key resources, value propositions, customer relationship, channels, customer segments, cost structure, hingga revenue stream. Diharapkan para pengrajin kain tapis dapat mengidentifikasi bisnisnya lewat 9 blok tersebut. Muaranya, mereka dapat mengevaluasi blok mana yang belum berjalan dan blok mana yang bisa ditingkatkan demi mengembangkan bisnis kain tapis secara lebih luas.
Business Model Canvas (BMC) / Dok Fakultas Ilmu Administrasi UI
“Selama ini, perajin kain tapis belum memiliki model bisnis yang baik sehingga berdampak terhadap produktivitas mereka," katanya, Selasa (31/12).
Sementara dosen Administrasi Fiskal UI, Indriani juga menekankan perlunya pelatihan pajak bagi para pengrajin. Ia menyakini para perajin perlu diajarkan dan dilatih untuk melakukan pencatatan keuangan, perhitungan pajak, hingga tarif yang berlaku saat ini.
"Para perajin perlu melek pajak. Apalagi UMKM Tapis juga sangat potensial dalam memberi kontribusi pajak bagi negara, namun belum tergarap dengan baik” katanya.
Pelatihan BMC dan Perpajakan ini dinilai sangat membantu perajin. Salah satu pemilik usaha Kaosqu tapis, Evi merasa terbantu dengan pelatihan yang diberikan tim UI. Ia berharap ada kelanjutan pelatihan seperti pemasaran via media sosial supaya produk lebih dikenal masyarakat.